Jumat, 19 September 2008

semampir-pasar kembang-moroseneng

pikirku kembali ke masa pertengahan sekolah menengahku..

saat aku berada diantara perempuan-perempuan itu.

yang pernah kukagumi sosoknya

saat banyak orang mencaci.

aku tahu mungkin aneh.

aku selalu ingin melongok di balik kisah legam mereka

karena aku lihat perkasa

dan luka, amarah, 'pasrah'

tapi mereka menyerah.

dan mungkin berkata,"inilah aku. inilah tubuhku. hanya ini yang ada padaku."

"kujual padamu karna anakku harus beli buku, atau sekedar mengejar senyum yang meninggalkan mereka. saat lelakilelaki tak tahu diri itu tertawa gembira bebas lepas berlari dari mata mungil mereka."


aku lumpur, aku noda, aku tahu.

lalu apa?

kau hanya beri senyum sinis dan aku membela pahit.

tahukah kamu? aku juga rindu. seperti engkau. kepada penciptaku.

lalu kau bisa apa?


jawaban buntu karna aku tak tahu apa yang bisa aku beri untuk mereka.

moroseneng. dalam jiwa, yang rindu dewa. untuk membuat rumah. agar mereka juga bahagia. dan aku sadar mimpi itu tak terkejar...

Rabu, 03 September 2008

masih ada...

resapilah...
bumi tak lagi menggigil dan nyala malam semakin terang
remang senja dalam lingkupan debu kehidupan
semburat jingganya sampaikan bahwa 'aku' ada
nafas damai ada di pelataran seminya pucuk daun alam
masih ada senyum didunia, masih ada tawa disana
masih ada rasa
dan alam, masih selalu mengembangkan tangannya untuk kita
walau hanya luka yang kita torehkan didadanya
dengarlah bisikan gericik air matanya diantara desau angin yang menari diantara pejam matamu
mungkin duka.. atau bahagia...


*sekelumit barisan kata di kepala.
saat kulihat lembaran yang abadaikan tanah..
2030 kelak, apakah tanah dan hijau daun masih tersenyum..?