tag:blogger.com,1999:blog-32313436400101654632024-02-06T20:10:58.209-08:00jiwa birukuharap jiwa itu terus membiru...
walau kelabu tak lelah menelikungjiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.comBlogger53125tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-37645227470530419412016-03-02T23:35:00.001-08:002016-03-02T23:35:41.504-08:00Nyanyi Pertiwi<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyanyi Pertiwi<br />
Tak terbatas kata berkejaran berhamburan riang bercumbu membagi canda<br />
: melukis Indonesia<br />
Merah putih dalam tubuh, tulang dan darah<br />
dalam degup jantung perjuangan nyala semangat berkobar tegar<br />
Berkibarlah!<br />
Hijau, nila, jingga saga yang kilau<br />
Dalam fajar dan senja yang merekah di balik pancang bumi<br />
Melalui ujung daun-daun berembun menerobos kabut<br />
Ditingkahi suara alam<br />
Membawa decak dan desah<br />
Kagum tak sudah-sudah<br />
Indah<br />
Biru, ungu, merah jambu pasir dan bebatuan<br />
Bersembunyi malu di kedalaman pertiwi<br />
Berserak haru diantara kaki pelangi<br />
Terkurung sepi menanti sembari mempercantik diri<br />
Menunggu petikan tangan yang sabar<br />
Bersinar<br />
Ribuan nada berdenting naik turun melengking mendayu<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menggunting segala ironi manusia hancurkan bumi<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mendesing, lontarkan api<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pertiwi menangis: ironis<br />
Ribuan nada berdenting naik turun melengking mendayu berdecak rancak<br />
Nyalakan asa yang tersisa pada dada para pemuda<br />
Berderet membentuk irama nyanyian cinta : Indonesia Raya<br />
Jutaan harap tetap membumbung tinggi di langit dini<br />
Berselubung pekat memerihkan pandang<br />
Negeri ini adalah negeri para pecinta, walau<br />
Satu, dua, sejuta topeng menyeringai santun menaiki panggung<br />
Berebut rahasia tahta para raja nusantara<br />
Tak ada artinya<br />
Seribu sejuta kata takkan pernah menjangkau makna kuasa dan kaya raya<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: siapa yang kan menjaga?<br />
Kini aku di sini mengajakmu menyesap madu penuh rayu<br />
Negeri kita penuh harta tak terhingga kau tahu?<br />
Tanah, lumpur, batu, kayu, lantunkan dendang padamu tentang kekayaan abadi negeri ini<br />
Tataplah mereka, yang tak terlihat sekemilau harta<br />
Pemilik mata-mata mungil<br />
Yang bercahaya mengarahkan pandang ke langit<br />
Menghitung bintang, mengukur jarak dengan impian<br />
Lisan kecil yang mengeja A ba ta<br />
Bernyayi riang merah kuning hijau<br />
Lagukan terbata rima sajak bijak: a b a b<br />
Dekap mesra dan bisikkan sejarah jati diri<br />
Panjalu, mataram,majapahit, samudra pasai<br />
Diponegoro, Cut Nyak Dien, Cokroaminoto<br />
Hembuskan napas merah putih agar menggelora lembut dalam jiwa<br />
Titipkan kisah yang tertulis dalam lontar dan dluwang<br />
Ksatria yang telah menjaga nusantara, manusia santun yang tahu nilai diri<br />
Kepada mereka<br />
Pewaris sejati negeri sepenggal surgawi ini<br />
<br />
*10 Karya Terpilih ITS Expo 2015 kategori sastradramajiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-71271145721837770172016-03-02T23:11:00.002-08:002016-03-02T23:11:27.166-08:00Pulang ke diri<br />
Diantara kisah mengagumkan tentang putri,<br />
Mungkin kau telah melewatkan namaku;<br />
Terselip diantara gemerlap dongeng cantik Cinderela<br />
Terlelap kepayang dalam romantisme Putri Salju<br />
Atau melayang mengharum mengembara dalam dekap rayu Aladin<br />
<br />
Ijinkan aku mengunjungimu dalam maya mimpi<br />
Dalam bisikan kuno yang tertulis dalam babad yang mungkin terlewati<br />
Saat nenekmu merayumu ke peraduan dengan kisah masalalu di negeri asalmu<br />
Tapi masihkah terpahat dalam memorimu saat dia berujar tegar mengantarmu menyongsong asa,<br />
<br />
“Jika telah jenuh mengembara,<br />
merangkai mimpi yang perlahan kau wujudkan nyata<br />
Maka tempat mana yang paling nyaman<br />
Yang paling kau rindukan bagai kau rindukan bunda yang mendekapmu dalam hangat peraduan. Pulanglah..<br />
Pada Diri, yang akan selalu memaklumkanmu tentang riwayatmu,<br />
Tanah yang menyari dalam detak jantungmu<br />
Bening air yang akan menetes memanggil saat rasa yang bernama rindu membawamu menari bersama kenangan masa kecilmu;<br />
Gurih manisnya jenang sumsum menjelang berangkat sekolahmu<br />
Saat tangan mungilmu berebutan menjangkau nampan berisi tahu goreng<br />
Manis legitnya getuk gedhang saat baru diangkat dari lumpang<br />
Atau jerit sakitmu saat terkilir jatuh dari pohon pelem podhang<br />
Walau jarak yang mungkin tak terjangkau dalam pandanganmu Nduk<br />
Dalam bahasa yang mungkin jauh berbeda, maka jagalah dia<br />
Piwulang yang aku tembangkan<br />
Agar kau selalu eling<br />
Sangkan paraning dumadi<br />
Dalam kinanthi yang aku senandungkan mengantar istirahatmu”<br />
<br />
Kau telah mengingatku dalam serakan kisah itu Kirana?<br />
Bahkan dalam namamu tersemat asalmu: Galuh Candra Kirana<br />
Masih kata nenekmu Kirana,<br />
“Pengajaran hidup dan jejaknya masih bisa kau tapaki disini Nduk,<br />
Tentang aroma cinta, balas budi, sikap ksatria, keserakahan dan kesederhanaan<br />
Tapaki kisah ini kembali suatu saat.<br />
Bukan hanya lewat kata,<br />
Namun hirup udara dan rasai jejaknya;<br />
Kilisuci<br />
Klothok—kolo thok<br />
Wilis<br />
Totok Kerot<br />
Mas Kumambang<br />
Selomangleng,…”<br />
<br />
Bukankah telah kau resapi semua kisahnya Kirana?<br />
Nah, sebutlah namaku ‘Sekar’<br />
Maka kau akan temukan wajahku terhampar dalam tanah lahirmu<br />
Jika namaku dan penggalan kisah itu masih terkubur dalam diktat asingmu, baik<br />
Akan aku tuturkan secarik kisah<br />
Kau mengenal Robin Hood, bahwa dia nyata dengan kisah dan nama berbeda<br />
Ki Boncolono, yang jejaknya masih dirindui dengan senthir menemani<br />
Kau mengenal Putri Tidur sebagai dongeng indah penuh romantika,<br />
Tahukah kau ketika kau pulang kau akan temui jalan hidupnya sebagai aku disana<br />
Apakah kini kau masih terpesona pada buaian cerita Shakespeare<br />
Atau kisah haru Antoinette<br />
Atau kau masih terlena dalam buaian seribu satu malam?<br />
Pulanglah<br />
<br />
Jika kini air mata rindumu telah menetes<br />
Dan denyar hangat nadimu mengalirkan kenangan yang akan membawamu pulang<br />
Jika saat senja kau telah sampai di kota Dhaha<br />
maka buang pandangmu ke semburat saga matahari senja. Kau akan menemuiku sebagai siluet manusia tenang yang menatap langit terang. Dalam raga Klothok jiwaku mengembara menjadi ruh dalam kehidupan Kediri.<br />
Dan akhirnya, sebut namaku ‘Sekartaji’<br />
Karena setiap jiwa sejatinya akan pulang<br />
Kembali<br />
Kediri<br />
<br />
*nominasi 40 besar Tulis Nusantara 2013 kategori puisijiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-33455050591688529162016-03-02T23:03:00.000-08:002018-01-22T20:35:15.303-08:00Mencari Diri Menuju Persinggahan Sejati<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: xx-small;"><br /></span></span>
<br />
<h4>
<br /><span style="font-family: "Courier New", Courier, monospace; font-size: x-small;">Judul buku: Memoirs of Stientje</span></h4>
<h4>
<span style="font-family: "Courier New", Courier, monospace; font-size: x-small;">Pengarang: Md. Aminudin</span></h4>
<h4>
<span style="font-family: "Courier New", Courier, monospace; font-size: x-small;">Penerbit: MyBooks, Yogyakarta</span></h4>
<h4>
<span style="font-family: "Courier New", Courier, monospace; font-size: x-small;">Tahun terbit: 2011</span></h4>
<h4>
<span style="font-family: "Courier New", Courier, monospace; font-size: x-small;">Tebal Halaman: 618 halaman</span></h4>
<h4>
<span style="font-family: "Courier New", Courier, monospace; font-size: x-small;">Panjang Buku: 14x 20,5 cm</span></h4>
Ilustrasi Buku: Sampul buku didominasi warna jingga. Berlatar suasana peperangan di Jawa yang terlihat pada latar sampul belakang yang menampilkan bangunan khas Belanda tempo dulu, andong dan para lelaki yang memakai pakaian khas jawa. Dua tokoh utama ditampilkan pada sampul depan yaitu perempuan belanda tua mengenakan kerudung dan seorang lelaki Tionghoa yang masih muda dengan posisi saling membelakangi dipisahkan oleh asap tebal sisa ledakan.Di sini, selalu saja saya temui hal yang sama; jejak-jejak penindasan yang mulai mengering namun tak jua hilang...,Sebuah kalimat yang mengawali keseluruhan isi buku ini. Sebuah kalimat bernada kegelisahan akan keadaan di sebuah negeri Indah bernama Indonesia. Di sini, di Indonesia, hingga detik ini tergambar dengan jelas segala bentuk penindasan. Kasus-kasus korupsi tingkat tinggi dengan nominal yang fantastis hingga ‘seremeh’ sandal jepit membetot perhatian hingga gelengan kepala miris. Ya, miris. Bahkan pada usia kemerdekaannya yang menjelang 67 tahun Indonesia masih merangkak mencari model keadilan. Kerusuhan dan makar juga terjadi di negeri ini, secara kasat mata- terang benderang atau yang sembunyi-sembunyi menggerogoti harga diri negeri. Di hadapan kita masih terpampang jelas perang fisik terjadi; bentrok warga dengan jamaah Ahmadiyah, saling bunuh karena cinta dan harta, antar pendukung tokoh atau partai tertentu, hingga aparat dengan warga. Di satu waktu kita disuguhi kemewahan yang tiada terkira; mewahnya gedung-gedung penguasa dan segala ‘penyelenggara negara’, kemewahan apartemen dan rumah tinggal yang bagai di surga, hingga kemewahan yang menempel di ujung jari. Tapi di waktu yang sama kita dijejali keprihatinan yang terus berteriak meminta simpati; gedung sekolah roboh, rumah sakit pailit, nasi basi yang dikonsumsi, hingga saling membunuh demi sesuap nasi. Di negeri yang ketika tongkat kayu dilemparkan begitu saja di tanah akan menjelma menjadi sumber kehidupan.Keresahan akan keadaan yang menggelitik nurani ini juga terwakili oleh seorang perempuan belanda totok bernama Stientje. Dia, dengan pertanyaan kritisnya tentang hidup dan kehidupan membawanya pada persinggahan akhir hidup yang diimpikannya. Stientje, putri tunggal dari seorang pejabat Belanda yang lahir di negeri khatulistiwa ini selalu merindukan tempatnya dilahirkan. Di negeri koloni bernama Hindia Belanda. Di negeri jajahan bangsanya ini dia merasa menemukan keluhuran budi pekerti dan ketingian nurani. Hal inilah yang membuatnya kembali ke Hindia Belanda mewujudkan cita-citanya untuk mengajar rakyat pribumi. Bersama sepupunya, Roos, Stientje melayari lautan menuju negeri yang dirinduinya. Di perjalanan, Stienje bertemu dengan pribumi yang menawan hatinya, Wardoyo. Lelaki Jawa yang begitu bangga dengan kebelandaannya. Hingga dari Roos dan Wardoyolah, Stientje bergabung dalam perkumpulan Mason. Stientje dengan sifatnya yang penyayang, selalu peduli dengan penderitaan rakyat pribumi terpikat dengan agenda Mason untuk memberikan pelayanan kesejahteraan. Di sini juga dia bertemu dengan Habib Husein, saudagar keturunan Arab yang karena dianggap sebagai pengikut Ahmadiyah mendapat undangan untuk menghadiri pertemuan para petinggi Mason. Inilah langkah-langkah permulaan Stientje menemukan jati dirinya sebagai manusia. Mengenal gerombolan pejuang yang seringkali disebut sebagai pengacau, dekat dengan kaum pergerakan Islam yang memperjuangkan harga diri negeri. Menemukan seorang lelaki yang dengannya kesetiaannya teruji hingga menemukan dirinya yang baru yang membuatnya kuat dan perkasa menapaki segala kepedihan yang terus menjadi kerikil hidupnya. Di sini, di negeri permai ini Stientje memutuskan pulang di kesunyian rimba Indonesia.Cinta, kasih sayang, dan airmata memenuhi hidupnya. Bagaimana pedihnya saat dengan mata kepala sendiri Stientje melihat penghianatan sepupunya dengan lelaki yang dicintainya. Penghianatan yang tidak hanya cinta anak muda yang dipertaruhkan, tapi juga dengan nyawa. Menjalani kehidupan sunyi di hutan liar, menjadi istri pejuang yang selalu diburu, merawat rakyat pribumi walau acapkali menerima pandangan ganjil, menjumpai ayah yang dicintainya kehilangan pikiran sehat, hingga menjadi tahanan politik bangsanya sendiri. Siapa sangka bahwa keprihatinan hidupnya tak lepas dari campur tangan sepupunya sendiri, Roos sang antek Yahudi. Yang bahkan ketika menjelang eksekusinya Roos masih membebani pikirannya;“Tak ada kekacauan di dunia ini tanpa campur tangan orang-orang Yahudi, asli maupun antek-anteknya. Kami ibarat kuman yang menjangkiti semua golongan. Tak peduli apakah itu komunis, liberal, gereja-gereja, dan umat yang lemah imannya, yang memandang keyakinan hanya identitas belaka. Kami sasar pimpinan-pimpinan mereka karena itulah cara kerja paling ringkas dan mengena. Dengan begitu maka gampanglah kami menguasai umat mereka. Kami bekerja lewat seni, tradisi, industri, politik, dan pengajaran. Pendek kata semua lapangan kehidupan rakyat tiada satupun yang luput dari perhatian kami.”Namun dengan keprihatinan hidupnya, Stienje lebih tajam menelisik nuraninya. Hingga petunjuk terang benderang menyinari hatinya. Jalan pikiran dan perasaan Stienje dalam novel ini mengajak kita satu demi satu menjawab pertanyaan yang semestinya ada pada kedalaman hati. Agaknya penulis, yang juga seorang aktifis PII ini ingin mengajak pembaca mengurai dengan jernih permasalahan yang terpampang jelas di hadapan negeri besar ini. Menjelajah waktu, mempelajari sejarah bangsa sendiri. Betapa permasalahan bangsa ini berawal dari tertutupnya nurani terdalam manusia dalam hiruk pikuk kehidupan sehingga pertanyaan nurani yang selalu mengusik kesadaran menjadi kabur. Empat zaman sejarah bangsa ini terangkum secara singkat dari perjalanan hidup Stienje, mungkin kita akan terhenyak tersadar bahwa masalah yang kita hadapi ini adalah warisan sejarah yang belum terselesaikan. Fenomena Ahmadiyah yang masih menuai kontroversi, korupsi, para penjilat kekuasaan, hukum, kesejahteraan, jati diri bangsa, hingga gaya hidup. Adakah ini ulah konspirasi yang dirancang perkumpulan Mason lewat gurita pengaruhnya?Disertai data dan fakta sejarah, novel ini seakan nyata. Tempat, tradisi, peristiwa yang terjadi dalam empat jaman terkait erat dalam kehidupan tokoh. Berbalik dari hal yang dianggap lumrah, penulis menyajikan para pejuang kemerdekaan berdarah Tionghoa, Arab, dan Belanda sendiri. Perjuangan yang tak lepas dari ideologi yang tergenggam karena laku mengabdi pada kebenaran hakiki. Bahwa kemerdekaan adalah milik semua pribadi dan kehambaan adalah kepada Allah SWT saja. Hingga kita menjadi maklum bahwa bangsa yang majemuk ini mempunyai pahlawan yang belum tersebutkan apakah itu dari pribumi sendiri atau bangsa lain yang terlanjur mencintai bumi pertiwi. Pun dengan para penjajah pertiwi yang bisa jadi pribumi sendirilah yang menjual dan menggadaikan negeri ini. Ataukah segala permasalahan yang dihadapi negeri ini memang dimunculkan untuk tidak pernah terselesaikan.Masih berkaitan dengan Tembang Ilalang yang telah terbit sebelumnya Md. Aminudun menghidangkan Memoirs of Stientje dengan nilai perjuangan dari sudut pandang kehalusan seorang perempuan. Romantisme yang menjadi penyegar dalam pemikiran-pemikiran yang mendalam. Dan keterkaitan perjuangan antara dua novel ini. Tak jarang dahi kita berkerut menemui ‘kenyataan’ bahwa beberapa tokoh nasional kita jumpai dengan paparan kebobrokan hidupnya. Bahwa sebelumnya kita jumpai seorang tokoh revolusioner yang dipuja-puja dengan berbagai atribut kebesarannya ternyata harus luluh lantak di sebuah halaman novel. Kritikan tajam, pemikiran kritis atas peristiwa negeri akan terekam kuat di kepala pembaca. Bahkan perjalanan paling dasar manusia menemukan tuhannya terangkai apik dalam proses berpikir yang dihadapkan dengan peristiwa nyata. Dari sini, agaknya kita harus (dipaksa) mengaca, membaca kembali sejarah, tentang bangsa ini, tentang kehidupan, tentang budi pekerti dan harga diri yang agaknya semakin terkikis habis oleh hiruk pikuk dunia yang semakin ramai. Ya. Sebelum sejarah tertimbun dalam ketidak sadaran nurani.<br />
<h4>
<span style="font-family: "Courier New", Courier, monospace; font-size: x-small;"><br /></span></h4>
<div class="mail-message expanded" id="m211" style="font-family: sans-serif;">
<div class="mail-message-content collapsible zoom-normal mail-show-images" style="margin: 16px 0px; zoom: 1.63433;">
<div style="display: table; text-align: justify; width: 536px;">
<div class="gmail_quote">
<br /></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="mail-message expanded" id="m212" style="font-family: sans-serif;">
<div class="mail-message-content collapsible zoom-normal mail-show-images" style="margin: 16px 0px; zoom: 1.63433;">
</div>
</div>
jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-60144144573240667502016-02-25T00:30:00.001-08:002016-02-25T00:30:40.746-08:00Memori Fitri 1436Idul Fitri telah berlalu. Tapi sensasi bahagia dan capeknya masih terasa. Bagaimana 2tidak, Idul fitri tahun ini adalah yang pertama kalinya malam takbiran dan sholat Id di perantauan bersama suami dan anak-anak saja. Terasa jauh berbeda dengan tahun-tahun lalu yang telah menjadi tradisi sejak kecil, bahwa malam takbiran adalah begadang di dapur bersama ibu. Menyiapkan berbagai hidangan tradisional untuk menjamu tamu keesokan harinya, memasak madumongso dengan kayu bakar semalam suntuk, mengolah berbagai hidangan; rendang, rawon, iga pedas, jangan lombok, opor ayam dan urap-urap. Berbagai pilihan hidangan untuk menyambut berbagai macam selera tamu, begitulah kata ibu.<br />
Dulu belum saya pahami makna kata dan laku ibu setiap malam takbiran itu, saya pikir sekedar memasak untuk hari besar, hari bahagia. Hingga tahun ini, saat saya jauh dari beliau dan mendapat 'tugas besar' dari suami. Menjamu tamu-tamu suami tepat saat Idul Fitri di rumah mungil kami. Sebagai pengurus masjid setempat, suami mendapat semacam kehormatan untuk menjamu imam dan khatib sholat idul fitri dan pengurus masjid. Wah, saat mendengar hal ini saya langsung merasa tertantang. Orang yang saya cintai seolah ingin menguji seberapa terampil istrinya di dapur dan menunjukkanya pada orang banyak. Hmm... baiklah, saya akan membuatnya bangga.<br />
Mulailah saya mengatur strategi, menyusun menu, menyiapkan perangkat saji (dan menyadari bahwa, piring, gelas, mangkuk sayur yang kami miliki minimalis dalam jumlah dan bentuk 😊), menghitung budget dan.... menelepon ibu. Seperti biasa, respon ibu datar saja, diam sejenak untuk berpikir kemudian bertanya,"Bisa?"<br />
Tanpa pikir lagi saya jawab,"Bisa." Dan resep lezatnya kemudian meluncur dari seberang kota.<br />
Dan akhirnya, inilah menu yang terpilih:<br />
- ketupat sayur<br />
- rendang<br />
- nasi pecel<br />
- es buah<br />
dan aneka kue dan kerupuk<br />
Tentang ketupat ini, ibu menyarankan agar diganti lontong saja. alasan beliau sih untuk menghemat waktu dan lebih tidak ribet. tentu dengan berat hati saya menolaknya, ketupat kan ikon idul fitri. Lagipula saya memutuskan untuk memesan ketupat yang sudah matang. Namun apa daya, ibu pembuat ketupat menolak untuk memasakkan ketupat pada malam takbiran. Alasan beliau sih karena melawan kebiasaan. Cring... saya jadi tahu bahwa di beberapa wilayah jawa, khususnya pesisir ada anggapan bahwa 'gak ilok', tidak tepat menyajikan ketupat tepat hari pertama idul fitri.<br />
Dengan dibantu seorang tetangga yang masih remaja, malam takbiran harus saya habiskan di dapur. Menggoreng, menumis, merebus, meracik bumbu yang saya kira mudah ternyata cukup berat juga. menjelang tengah malam saya masih dibantu dan ditemani hingga tetangga saya pamit. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, matahari segera terbit, namun pekerjaan saya belum tuntas. ditambah dua jagoan yang butuh perhatian. Terbayangkan kacaunya pagi itu. Apa boleh buat, saya harus rela melepas suami dan anak-anak sholat Id dengan formasi tidak lengkap. (lagi-lagi saya harus bersyukur: betapa pengertiannya lelaki indah itu)<br />
Bergegas saya segera menyiapkan hidangan, perlengkapan saji, memotong buah dengan pontang panting. Tepat beberapa detik terakhir pekerjaan usai datanglah rombongan tamu yang ditunggu, diawali suara tapak kaki dan celotehan jamaah cilik yang super heboh yang manjur mengilangkan kegugupan yang sempat mampir.<br />
Dengan dibantu ibu-ibu jamaah yang turut berkunjung, tersajilah deretan hidangan lebaran yang sangat luar biasa menurut saya. Ah, riuh percakapan para jamaah di ruang tamu membuat kebahagiaan yang seakan tersumbat di dada meluap... Hidangan pun tandas. Alhamdulillah....<br />
<br />
banyak hal yang baru saya sadari, bahwa ada kebajikan luar biasa yang tersirat dari indah dan lezatnya sajian di meja makan. rasa cinta, perjuangan dan filosofi luhur yang dapat kita pelajari dari sejarah tiap masakan, sebagai pesan moral yang diturunkan bersama ukuran bahan dan tradisi. seberapa besar rasa cinta yang kita sertakan saat memasak, sebesar itulah kelezatan yang akan dirasakan penikmat masakan kita.jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-68950754171460034722010-03-24T09:24:00.001-07:002010-03-24T09:24:43.679-07:00Saatnya pergi,saatnya datang.. Ada yg ingin menemui, ada yang 'ingin' menghilang. Ada sapa,pun salam.. Salam jumpa,salam perpisahan,salam senyum tak terjawab dan salam 'kepatutan'. Ada yg tetap memutar rekaman masa lalu,ada yg mencoba menghapus dan buatnya kabur.. Ada senyum sejati dan senyum bertanya hati. Mengapa? Andai hanya ada 'jumpa' walau tanpa raga,mungkin warna lebih kaya.. <br /><br /><br />*masih adakah 'sisa' keindahan kata 'ukhuwah'? rinduku pada 'jiwa-jiwa' itu,smoga tetap terjaga hingga tak pernah hadirkan prasangka..jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-8537504981023248882009-11-30T07:19:00.000-08:002009-11-30T07:25:32.088-08:00Ternyata hadir rasa ini di hatiku. Hingga aku terpana tak mampu rangkai kata. Kembali merangkak mengeja makna.. Puisiku masih terbungkam dipenuhi tanya dan heran. Mungkinkah jiwaku tertawan oleh bahagia yang hanya sanggup dipahami rasa<br />Inikah keajaiban.., <br /><br /><br />'karna dia begitu indah..jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-72953168413658144702009-10-01T19:35:00.000-07:002009-10-01T19:57:19.676-07:00aku bertanya padamu...seseorang mengatakan padaku,"Kamu begitu romantis. apakah kau melahap gulagula dan puisi sekaligus menjelang tidur?"<br />aku hanya memandangnya heran.<br />seseorang bertanya padaku,"Apakah segala marahmu telah kau jual tuntas? hingga tak kau sisakan segurat pun di garis wajahmu?"<br />ingin kutatap matanya. kurasakan wajahku memanas<br />"Apakah kau terbuat dari segala wajah bunga, hingga tak tersisa keindahan yang bisa tergambar disekelilingku?"<br />"Apakah kau reguk semua madu hingga kata-kata manis saja yang keluar dari bibirmu?"<br />"Apakah cahaya temaram matahari pada rembulan terperangkap di matamu hingga tiap waktu bisa kurasakan hangatnya?"<br />"Apakah seluruh kelembutan bulu kupukupu telah menyatu pada sentuhanmu hingga kurasakan kenyamanan yang luar biasa?"<br />"apakah seluruh nyanyi angin dan kicau burung terserap pada pita suaramu, hingga lagu merdu selalu kudengar ingatkan salahku?"<br /><br />dan dia terus bertanya... terus berkata, merayuku, membuatku semakin bahagia.<br />"Jawablah pertanyaanku, Ibu..." Lanjutnya. jemarinya yang mungil menyentuh pipiku dengan lembut.jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-84540209651794715922009-09-26T04:51:00.000-07:002009-09-26T05:04:49.411-07:00Kalo gitu, aku pengen jadi Alloh saja…<meta equiv="CONTENT-TYPE" content="text/html; charset=utf-8"><title></title><meta name="GENERATOR" content="OpenOffice.org 3.1 (Win32)"><style type="text/css"> <!-- @page { margin: 2cm } P { margin-bottom: 0.21cm } --> </style> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="JUSTIFY"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Kalimat itu terucap dari bibir murid privat saya, 5 Juni lalu. </span></span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="fi-FI"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Seorang anak laki-laki kelas dua di SD Islam. </span></span></span></span></span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Senja itu, cerita tentang beberapa nabi telah terlewati bersama mukjizatnya yang selalu membuat pikiran kanak-kanak berdecak. Lalu kami kembali kepada Nabi Adam AS. Dia bertanya,”Apa mukjizatnya?”</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Tanpa berpikir panjang saya menjawab,”Beliau manusia pertama yang diciptakan Alloh.” Saya lanjutkan tentang penciptaan Hawa, membangkangnya iblis ketika diperintah Alloh untuk menghormat pada Adam, diturunkannya Adam dan Hawa dari Syurga. Dan janji iblis untuk mengajak manusia menjadi ‘temannya’ di neraka kelak. </span></span> </p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="JUSTIFY"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="fi-FI"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Saya melihat ada banyak tanya di matanya. </span></span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Tapi dia hanya berujar,”Wow.”</span></span></span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Sampai kisah Nabi Isa yang dapat meniupkan ruh pada burung buatan, menghidupkan orang yang telah mati, atas ijin Alloh.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="JUSTIFY"><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Dia langsung memotong,”Berarti Alloh hebat dong. </span></span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="fi-FI"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Keren!”</span></span></span></span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Tentu.” Saya tersenyum. Dia sudah mulai paham.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Kayak Naruto ustadzah, wow.”</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Jauh lebih hebat dari Naruto.”</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="sv-SE"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Enak dong, kalau mau apa-apa tinggal sret-sret..” Tangannya bergerak tak beraturan.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="sv-SE"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Ya,” jawab saya</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="sv-SE"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Kalo gitu, aku pengen jadi Alloh saja.” katanya penuh binar</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="sv-SE"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Kenapa?” </span></span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="sv-SE"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Ya karena hebat.”</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="sv-SE"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Saya tersenyum, sebenarnya untuk menutupi kebingungan saya untuk mencari jawaban.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Mas Dito tahu siapa itu Alloh?”</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="sv-SE"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Makanya saya pengen ketemu.” Jawaban yang jauh dari harapan saya.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Mas Dito tahu Firaun? Raja di jaman Nabi Musa? Yang mengaku dia itu Alloh (Tuhan)?</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">O, Nabi Musa yang pingsan waktu ingin ketemu Alloh itu ya?” </span></span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Iya.”</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Silau itu mungkin ustadzah...”</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> ”<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">....” </span></span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Klise mungkin. Banyak pertanyaan semacam ini muncul dari bibir-bibir mungil itu. Penuh tanda tanya, dan imajinasi yang tidak terbatas. </span></span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Fragmen tadi membawa saya pada belasan tahun lalu, saat saya masih bermain-main di taman kanak-kanak. Jawaban singkat yang nyaris membuat saya mati.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> “<span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Bu, saya ingin bertemu Alloh,” saya mengacungkan tangan tiba-tiba. Diantara gaduhnya kelas. </span></span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Jawaban guru saya masih lekat dalam pikiran saya hingga sekarang,”Kalau mau ketemu Alloh harus mati dulu.”</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="JUSTIFY" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Entah kenapa pernyataan itu terus menghantui. Yang kemudian membuat saya memutuskan untuk ‘mati sebentar’.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="JUSTIFY"><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="fi-FI"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Saya menelungkupkan bantal pada wajah saya di kamar tidur siang itu. </span></span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Saya tahan napas sekuat tenaga, hidung saya pencet dan membayangkan bertemu Alloh. Entah kenapa yang ada di bayangan saya saat itu adalah sosok raksasa Ultraman dan monster batu musuhnya. Gambar bintang dan komet di buku antariksa kakak saya bergerak-gerak di ruwet di kepala saya. Hingga saya pusing, dan gagallah usaha pertama. Esoknya saya mencoba lagi. </span></span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="fi-FI"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Saya lupa apa yang kemudian membuat saya menghentikan aksi ini. Hingga di kemudian hari saya berpikir, ada berapa anak yang akan melakukan hal yang sama dengan pertanyaan seperti itu. </span></span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Pertanyaan mendasar tentang akidah, yang bisa jadi akan selalu lekat pada ingatannya.</span></span></span></span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="JUSTIFY"><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">Bagaimana dengan anak-anak kita, jika jawaban itu mereka temukan melalui kehebatan </span></span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-weight: normal;">Naruto</span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">, versi penguasa buminya </span></span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-weight: normal;">Avatar</span></span></span></span><span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;"><span lang="sv-SE"><span style="font-style: normal;"><span style="font-weight: normal;">. Atau pertanyaan itu dilontarkan kepada orang yang tidak tepat, yang akan mencari jawaban singkat agar tidak ada pertanyaan lagi setelahnya. Ketika pertanyaan itu ditujukan pada kita, siapkah untuk menjawab? Apakah kita dapat menjawabnya dengan tepat sesuai pemahaman mereka. Atau kita hanya tersenyum dan menjawab,” Sudah Nak, nanti kalau sudah besar pasti tahu sendiri…”</span></span></span></span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="RIGHT" lang="sv-SE">
<br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="RIGHT" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Isnatul Ismi</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="RIGHT" lang="fi-FI"> <span style="font-family:Times New Roman,serif;"><span style="font-size:100%;">Majalah Ummi Maret 2009</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 200%;" align="RIGHT" lang="fi-FI">
<br /></p> jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-47996585807208599522009-08-04T06:10:00.000-07:002009-08-04T06:21:28.988-07:00...kadang, atau mungkin seringkali, (memang harus?) setiap menjelang tidur kita memaknai kembali apa yang akan dan telah kita lakukan, pikirkan, rencanakan...<br />mebuat peta hidup. menentukan pilihan-pilihan, melilih berbagai jalan, membuat rencana, mendaftar sesuatu yang akan kita tempuh... membuat opsi-opsi jika rencana-rencana tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang akan dihadapi.<br />(berdasarkan pengalaman) Ada satu hal yang seringkali terlupakan atas pengambilan 'sesuatu' tersebut.<br />yaitu, apa yang akan kita lakukan jika rencana tersebut ditabrakkan pada suatu keadaan yang tak terelakkan : kematian.<br />ya, kematian, siapa yang bisa menjamin umur kita lima menit lagi, dua menit lagi, satu menit kedepan?<br /><br />dalam kepala saya sekarang sedang terpikir sebuah rencana untuk makan soto ayam.... sanggupkah nikmat kuahnya saya rasai beberapa menit lagi?<br />Allahu'alam...<br />Allahuma ini 'audzubika minal kufri wal faqr wa'audzubika min adzabilqobrjiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-67791794321033851282009-05-06T03:16:00.000-07:002009-05-06T03:21:12.320-07:00ramai...<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Lucu, kadang saya merasa terlalu aneh hidup ini. Why?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Suatu saat, ketika saya berada diatas bis yang membawa tubuh saya ke Surabaya pikiran saya melayang ke mana-mana. Ke jalanan, ke pohon-pohon yang seolah mengejar, ke wajah-wajah di sekitar saya, ke suara-suara yang semakin menghanyutkan pikiran saya menuju lamunan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Ketika melewati suatu tempat, dari kejauhan nampak gugusan gunung yang lebih luas, setelah beberapa gunung dan bukit saya lewati di awal perjalanan tadi. Nah, dari sini kepala saya mulai riuh bersuara,”Lha ngapain orang hidup susah-susah. Panas-panas di pinggiran jalan, nyanyi keras-keras dihadapan para penumpang angkutan yang terkantuk-kantuk bosan, ato bahkan rela menjual harga diri (yang katanya demi sesuap nasi). Ngapain susah-susah? Apa si yang dikejar?”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Lalu suara di sebelahnya bilang,”Ya nyari duit lah, nyari makan, nyari kehidupan. Memenuhi kebutuhan. Demi eksistensi (halah!).”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Hmm.... lalu mulai deh riuh terdengar di kepala saya. Kenapa musti susah-susah, kembali aja ke desa, hidup tu di pegunungan. Rumah? Cukup buat dapur, kamar, sama ruang tamu. Ga sampe tiga puluh meter luasnya. Manusia butuh makan tho? Berapa banyak sih? Se gerobak? Se truk? Seberapa? Paling banyak ya tiga piring (perutnya seberapa ya?). tinggal nanem itu kentang, jagung, pisang, singkong, mangga, duren(lha ini sih bukan kebutuhan pokok), sawi, bayem, kedele, cabe, bawang, tomat. Secukupnya saja, ngga perlu banyak-banyak, toh tiap hari dia juga akan tumbuh, menjadi besar dan banyak. Nasi? Bisa kok didapat dengan jual barang-barang tadi. Ato tukeran sama tetangga yang nanem beras (lebih tepatnya padi). Kebutuhan protein dan lemaknya? Ya melihara ayam, kambing, bebek, ga susah kan? ‘limbah’nya bisa buat pupuk. Makanannya daun singkong ato rumput-rumput liar di pinggiran sungai(saingan sama yang melihara hehe..).<span style=""> </span>Kalo berlebih ya dijual buat beli minyak, garem, gula, trasi (yang ini kan ga bisa produksi sendiri). Wah... kebutuhan kan engga Cuma makan, pendidikan piye? Lalu jawab suara satunya: ya diajarin sendiri. Apa dasarnya? Baca sama nulis to? Bisa belajar dari itu buku-buku, lebih orisinal soalnya ga terkontaminasi sama wacana-wacana aneh di luaran sana, ga tercampur sama erornya acara televisi. Untuk kesehatan? Ye... gimana bisa sakit, wong udaranya buersih je. Ga ada polusi, ga ada makanan yang aneh-aneh. Paling ya masuk angin, capek-capek aja. Sosialisasi gimana? Kan ada tetangga, juga peliharaan (ayam, kambing, bebek, kelinci) ajak tu bicara biar mereka betah, seneng makan, semakin gemuk, semakin banyak. Ada juga taneman, ajak ngomong juga... bisa bikin tenang lho (yang ini bisa dicoba, tapi ngomongnya jangan keras-keras. Bahaya.) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">wah... kalo perbincangan di kepala saya semua dituliskan bisa panjang ceritanya. Tapi akhirnya gini:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Ooiii.... sadar! Tanah di pegunungan dan pedesaan sekarang muuahal... lagian mana ada orang yang masih mau diajak barteran ditengah krisis ekonomi global (jie.. apaan yang ini?). memang nanem sama melihara kayak gituan butuh tanah Cuma semeter dua meter? Berapa modal? Lha wong sekarang banyak orang yang bisnis pegunungan dan pedesaan, dijadikan objek wisata, hotel-hotel, kawasan perumahan elite modern dengan besik <i style="">bek tu natur</i>, rame-rame sayuran organik, tipi-tipi sudah merajalela di sana. Barang-barang pokok juga mahal lho walo di pelosok. Motor sama mobil suaranya wes menderu-deru ribut ngalahkan suara merdunya si embek. Lha kalo gini ya ga ada bedanya sama hidup di kota, bisa jadi lebih makan ati. Terus apa mau cari tempat yang lebih pelosok lagi? Hidup dalam goa? Babat alas? Lha alase sopo? Mau hidup sendiri? Hare gene ga ada orang yang mau diajak hidup kaya gitu. Lah... siapa yang mau ngajak orang. Wong Cuma mau ngajak ibu sama embak sama ponakan-ponakan. Lha memange mereka mau? ‘Dipenjara’ sama hidup yang aneh gitu. Nganeh-nganehi wae... terus kalau semua orang berpikiran kaya gini, siapa yang nyupir bis, siapa yang kerja di pabrik2, siapa yang bikin baju, siapa yang.... Walah, bakal kacau dunia..<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Setelah itu saya putuskan forum di kepala saya ditutup. Uwis Prend, capek, thats time to sleep. Jadilah saya memejamkan mata, sayup-sayup suara embek yang saya rindukan ikut membuai saya.. Hasbiyallah...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Hoho... bingung memahami tulisan diatas? Wis ga usah dibaca, wong itu Cuma pikiran aneh tentang hidup yang (kurasa) semakin aneh</span><span style="font-family: Wingdings;" lang="IN"><span style="">J</span></span><span style="" lang="IN"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-46938481661001006942009-05-06T02:53:00.000-07:002009-05-06T03:08:39.193-07:00Nyalang mata elang menutup malam dengan kelam<p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="" lang="IN"><br /><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Nyalang mata elang menatap malam. Dia merajai malam dalam benaknya. Dengan jumawa ditelitinya satu persatu makhluk riang yang masih berkeciap usang. Mereka yang kelelahan setelah seharian menapaki bumi menjalin cerita agar besok tersebutlah nostalgia. Mereka lengah ketika tiba-tiba tajam jemari elang menyambar tubuh mungil diantaranya. Sejenak makhluk-makhluk kecil itu terpana dan elang segera menembus malam bersama mangsa di genggamannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Elang terbang tinggi. Dia tak pernah menapak ke bumi, tak mau menapaki bumi. Hidupnya adalah dongeng penuh semangat namun nyatanya adalah merasa perkasa, yang terbang di ketinggian dengan perlahan. Elang hanyalah ilusi, mengalahkan hud mungil yang melesat cepat merasai aroma tanah, membuat sejarah, tercatat indah. Bernyanyi indah di pelukan bumi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Mangsa mungil di kaki elang dengan keperkasaannya dia berontak, rindukan sentuhan bumi yang semakin jauh ia rasai. Dan berakhir dalam perjuangannya yang sunyi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Nyala mata elang<span style=""> </span>menembus kelam. Dia mencari, mengintai dan menikam. Tak merasa bahwa dia adalah sang raja tanpa pijakan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-74530721885992035982009-04-28T19:36:00.000-07:002009-04-28T19:50:25.019-07:00Kepada Kartika<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cvizinet4%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C10%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Cambria; mso-font-alt:"Palatino Linotype"; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:105%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:Cambria; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-language:EN-US;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Dalam diam kau bertanya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Tentang hidup dan kehidupan yang tumbuhkan badai gejolak di dadamu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Dalam tenang kau meraba. Berapa banyak jalan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Yang harus kau lalui sebelum semuanya diakhiri<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Kutatap wajah kuyumu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Satu hal yang tak kudapati, rona memerah pada pipi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Saat terik mentari masih bisa kau rasai<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Tak lagi kutemukan gemintang di matamu yang pancarkan maksud hati<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Mungkin kelam kini selubungi pandangmu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Atau cahaya putih yang lingkupi dunia barumu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Bisa jadi rangkaian jala pelangi yang berpendar bentangkan diri untuk temani perjalananmu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Tak mampu kutatap tubuh kakumu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Biar indah dan warnamu yang masih bertahta di kepalaku<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Bukan akhir dari awal yang akan kau jalani<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Aku tahu hanya sekali<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Untukmu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Untukku<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Untuk tubuh-tubuh yang sekarang mengelilingimu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Untuk tiap aliran sungai yang mengalir darah pada tubuh-tubuh penuh rasa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Aku tahu hanya sekali<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Hanya datang sekali<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN">Setelah itu, biru.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-92193940171574393342009-04-28T19:30:00.000-07:002009-04-28T19:42:40.186-07:00Kelinci kecil yang tersesat<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cvizinet4%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C08%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Cambria; mso-font-alt:"Palatino Linotype"; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:105%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:Cambria; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-language:EN-US;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Jika aku adalah seekor kelinci kecil yang tersesat di sebuah pasar malam, akan kudatangi permainan rolet yang begitu menggiurkan. Kupangkas satu persatu ambisi dalam mata-mata manusia itu dengan jernih mataku. Kuumbar lugu agar mereka terlenan dalam ramainya ego yang berkejaran, berkelabat diantara tubuh-tubuh itu. Lalu akan kutenggak dari botol yang digenggam oleh bandar tambun itu biar aku mabuk dan menari bersama kesadaran bernama kekalahan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Jika aku adalah seekor kelinci yang nyasar di sebuah pasar malam, akan kurogoh peti uang para pengadu keuntungan agar tekumpul di karungku dan kuseret pada perempuan penjual tahu atau kakek penjaja jamu. Kutanya pada mereka tentang janji malam<span style=""> </span>ini pada anak-anaknya, lalu kusisihkan untuknya; kulumlah rasa itu dan bagi pada anak-anakmu yang rindu manis kasih dari keping-keping tak berharga itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Jika aku adalah seekor kelinci yang nyasar di sebuah pasar malam, kuseret karung penuh keping dari pundi para penjudi. Kuhampiri penjual gula-gula dan boneka, kubagai pada kanak-kanak tanpa senyum masih polosnya agar mereka bercengkrama bersama manis asap kehidupan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Jika aku adalah seekor kelinci yang tersesat di sebuah pasar malam, aku akan segera pulang setelah pundi-pundi kuhabiskan. Toh aku hanya seekor kelinci yang hanya butuh sepotong wortel atau segenggam sayuran untuk kumakan. Jika aku adalah seekor kelinci yang mencari jalan pulang dari pasar malam, akan kucari kelinci jantan yang kuat, karena besok aku ingin menghabiskan malam di hiruk pikuknya lapangan ini dan menghimpun pundi-pundi tak berharga lebih banyak lagi, agar punggung dan lenganku bisa bergerak bebas tanpa beban, nikmati senyum dan potongan wortel dengan riang. Hh... masih kurasakan pundi-pundi itu terlalu berat terseret di belakang punggungku. Walau aku hanya jika seekor kelinci yang tersesat di sebuah pasar malam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-26092917806306263382009-03-04T23:37:00.000-08:002009-03-04T23:44:25.389-08:00<p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><i style=""><span style="font-size: 18pt; font-family: "Kristen ITC";">Padamu Ibu,<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><i style=""><span style="font-size: 18pt; font-family: "Kristen ITC";">Belahan Jiwaku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Setiap tetes peluh,Setiap detak jantung<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Dalam denyut nadi,Dalam aliran darah<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Dalam tubuh ringkih<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">kekokohan dalam kerapuhan raga, ketegaran dalam gelombang dunia<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">kesabaran dalam ribuan cerca dan hina, keperkasaan dalam keterbatasan hakiki<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Hanya senyum dan kepasrahan sempurna<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Meski ada luka<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Tergores,<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">menetes<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Penuh darah<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">mengucur<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">basah<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">kausambut dengan bentangan samudra maaf<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">lahirlah aku dari rahim sucinya,tumbuhlah aku dalam rengkuhan kasihnya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">sadarlah aku dengan kerut di keningnya, dengan raut wajahnya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">dengan air matanya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">dewasalah aku dibawah jangkauan mata hatinya, berharaplah aku akan<span style=""> </span>binar matanya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">mengertilah aku dengan sentuhan tangannya, melalui<span style=""> </span>untaian kata yang terucap dari hatinya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">aku bertanya,aku<span style=""> </span>belajar, dengan tangisan, dengan jeritan, dan bantahan, juga canda nakal<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Kristen ITC";"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">ada makna dalam tiap ujarnya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">tentang penghambaan pada Rabbnya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">tentang pengabdian,tentang kesabaran, kedewasaan<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">tanggung jawab, tentang kehormatan<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">tentang hidup dan kehidupan,tentang pengorbanan dan keikhlasan<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">meski dengan sederhana<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Hanya cinta yang bisa dia beri<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Hanya penerimaan tanpa sedikitpun penolakan<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Hanya pengertian<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Hanya kasih yang tak kunjung surut<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Hanya penderitaan atas pengorbanan---yang katanya membahagiakan<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Hanya....<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">dia menerima dengan lautan kesabarannya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">dia melayani<span style=""> </span>dengan pengorbanan—yang disebutnya dengan pengabdian<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">dia menanti dengan rindu yang dipendamnya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">dia mengharap dalam telaga cintanya<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">dia menunggu dengan diam<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">dalam diam<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Berharap walau tak terucap...<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Dia perempuan yang kupanggil<span style=""> </span>“Ibu”<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Dia yang menyebut aku dengan “Buah Hatiku”<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style=""><i style=""><span style="font-family: "Kristen ITC";">Dialah Belahan Jiwaku<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Kristen ITC";">2005<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Kristen ITC";"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Kristen ITC";">My mom is amazing…<span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> <span style="font-family: georgia;"></span></span></span><br /></div><span style="font-size: 12pt; font-family: "Kristen ITC";"><span style=""></span></span></div>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-64100974491113632712009-03-04T23:23:00.001-08:002009-03-04T23:25:50.226-08:00lima jagoanku<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Gn7IYQA61W4vL8i24dTFTexuvezVRjF3i-GpsDwuuVSNB9TkobgIN_3Iz-_5AUh4uWFYH63YkgIcEiR45pIu0xX6EjLSGb4gT2b1Q73TC2yIbfPH1M7tGw9QWw2epIoQ49WDY9TG9iw/s1600-h/DSC03692.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 150px; height: 164px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Gn7IYQA61W4vL8i24dTFTexuvezVRjF3i-GpsDwuuVSNB9TkobgIN_3Iz-_5AUh4uWFYH63YkgIcEiR45pIu0xX6EjLSGb4gT2b1Q73TC2yIbfPH1M7tGw9QWw2epIoQ49WDY9TG9iw/s200/DSC03692.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5309601267600895154" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOU5nmXNyfCho2EGyw-3jZFmHwIR-xetpVV3vko8OGvXN-g62hVYiwDkFvTlpQAupoCCgvDSc-hi73SKc6btShWDgj-AWru07vpB-ChO-S75mtQqVpOfGxcnuKrJWIrAGadScnaFevehM/s1600-h/Copy+of+DSC03693.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 150px; height: 189px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOU5nmXNyfCho2EGyw-3jZFmHwIR-xetpVV3vko8OGvXN-g62hVYiwDkFvTlpQAupoCCgvDSc-hi73SKc6btShWDgj-AWru07vpB-ChO-S75mtQqVpOfGxcnuKrJWIrAGadScnaFevehM/s200/Copy+of+DSC03693.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5309601265978163618" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw0w15V-DUv44sG6ZTgujtT57NrtZHcgZHgg7GgDsL7GKo3NqDOE_PJaVRdacP0wJPtXgEa2HzCm5u9vAoMes15r7ktY_bhecLPngyczsOyzBcrKBqfP9glmNdvatT4a65NWq_Q4kg3kY/s1600-h/cellin,+erin+n+rere.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 150px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw0w15V-DUv44sG6ZTgujtT57NrtZHcgZHgg7GgDsL7GKo3NqDOE_PJaVRdacP0wJPtXgEa2HzCm5u9vAoMes15r7ktY_bhecLPngyczsOyzBcrKBqfP9glmNdvatT4a65NWq_Q4kg3kY/s200/cellin,+erin+n+rere.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5309601262534058834" border="0" /></a><br /><p class="MsoNormal"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style="'width:139.5pt;"> <v:imagedata src="file:///C:/DOCUME~1/ORIGINAL/LOCALS~1/Temp/msoclip1/03/clip_image001.jpg" title="Copy of Copy of DSC03688"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><br /><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal">Tiga bidadari super cerewet…</p> <p class="MsoNormal"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hm.. kangen sama ponakan kecil yang lucu-lucu…. Mereka beda. Dari karakter, kesukaan,…</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tapi mereka tetap anak-anak yang luuuchu…</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Earlene (yang pake bando putih), suaranya lembut. Langsung meneteskan air mata kalo<span style=""> </span>ada orang yang<span style=""> </span>negur dia dengan intonasi yang agak tinggi. Panggilannya Cellin. Suka banget sama Gita Gutawa. Punya teman khayalan, ‘obio’ namanya. “Obio’ is a boy!” katanya waktu berumur tiga tahun. Dia ngefans berat sama adek ibunya yang terakhir…<span style=""> </span>(hehehe…). Sekolah di TK Al-Furqon Jember, Kelas B II. Sudah punya album rekaman, sering menang lomba nyanyi dia. Awalnya les keyboard, eh… pas diminta nyanyi suaranya bagus, di nada tinggi dan falsetto. Mirip Gita Gutawa (hehe…). Dia pernah nyanyi buat saya,”Ya ukhti…ya ukhti… engkau begitu ‘…’” Hm… semoga dia nanti bisa memahami apa yang dinyanyikannya. Rangkaian katanya indah. Percaya atau tidak dia sering spontan merangkaikan kata dalam nada… Narsis berat… cerita favoritnya adalah tentang puteri, Barbie dan semacamnya. Melankolis dan perasa. Wah… intinya ni anak cewek banget..</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" style="'width:207pt;height:189.75pt'"> <v:imagedata src="file:///C:/DOCUME~1/ORIGINAL/LOCALS~1/Temp/msoclip1/03/clip_image003.jpg" title="DSC04859"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><br /><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Terus sebelah kirinya panggilannya Rere (Rallyna Satria Andi). Tomboy banget tapi sensitifnya tinggi. Kalo bener-bener sedih dia lebih memilih menangis sendiri, yang ngga diketahui orang. Ceria, suka melayani dan menghibur orang lain, tapi sudah keliatan introvertnya. Punya teman khayalan juga, dulu namanya mbak Cica, terus Lala. TK A di TKIT Bina Insani Kediri. Ngefans sama gurunya dan Pak Tsalis… lucu dan baek katanya. Suka banget belajar dan membaca, tapi ngga suka sekolah (dulu waktu didaftarkan TK dianya ngga mau, malah ngajak mancing di samping sekolahnya ^_^). Sayang banget juga sama adek mamanya (:P) hati-hati, pertanyaannya. Maut. Jawabnya kurang tepat bisa repot urusannya. Apalagi tentang Alloh, surga, neraka, setan dan malaikat. Punya sepasukan bebek dan mentok. Ga suka pakai sandal kalau main. Hm… sesuai namanya (Rally), dia sudah bisa nyetir motor lho, bisa belok, mau ngebut atau kalem ayo aja (tapi tetep saja yang ‘dibelakangnya’ yang ngoperasikan motornya). Takluk sama satu orang; mamanya. (kalau ditanyai,”Re, mama gimana marahnya?” maka di akan tersenyum. Ya mamanya marahnya senyum, biar di matanya ngga ada setannya!). Suka nyanyi juga (dari Rere saya hapal lirik-lirik lagu pop), tapi suaranya ngga seterlatih Cellin. Pernah waktu hujan deras dia nyanyi keras dan mendongak ke atas, “Tuhan kirimkanlah aku… kekasih yang baik hati.” lagunya <span style="font-family:Wingdings;"><span style="">J</span></span> Suka banget sinetron (padahal sudah ‘ditilap-tilap’ biar ngga liat) sampe jam 10 malem pun dia sanggup diam di depan tivi sambil meleleh air matanya… Hobi banget ngingetin orang lain kalau lupa baca doa sebelum tidur, makan, atau pergi… Pernah satu kali diajak makan sama pak de dan teman-temannya, pas makanan sudah siap dan orang-orang besar ini mau menyuapkan ke mulut dia langsung teriak,”Stop. Kok belum berdoa.” Hehe…</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Yang paling kecil ni namanya Catherin, dipanggilnya Erin. Paling cerewet, tapi cerdas. Umurnya dua tahun, sudah sekolah TK. Suka banget sama krupuk dan rempeyek. Suaranya rame, baru diam kalau lagi sedih atau dua sepupu laki-lakinya lagi main perang-perangan. Grup band favoritnya Chancuters…. “Wacooon…” gitu suaranya kalau ngajari saya menyanyi. Mudah hapal sama lirik lagu, apalagi dmasiv. Adeknya Cellin ini paling ngga suka kalau ditolong pake baju dan sepatu, di akan bilang,”Bisa bisa, Eyin bisa kok…” semalem suntuk dia betah nonton wayang kulit, apalagi wayang orang… Apa ya yang bikin dia tertarik…</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" style="'width:150pt;height:189pt'"> <v:imagedata src="file:///C:/DOCUME~1/ORIGINAL/LOCALS~1/Temp/msoclip1/03/clip_image005.jpg" title="Copy of DSC03693"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->Seniman ‘aneh’. Namanya Thoriq panggilannya Ivan, sering juga dipanggil adek. Kelas 3 di Sekolah yang sama dengan masnya. wiih… ga banyak kata buat mendefinisikan anak ini... saking berwarna dan ‘kacaunya’. Suka gitar, gambar dan olah raga. Easy going dan temannya banyak. Beda banget sama Imen kakaknya, tapi dia juga paling ngga suka dibanding-bandingkan. Tapi saya pikir dia itu jenius, otak kanannya keren. Anehnya, kalau tidak ada orang lain, hafalannya lancar, hitungannya juga ngga ada baik-baik saja… G ada masalah kan? Pinter cerita dia, paling suka kalau mendengar dia cerita tentang hukumannya dia, remedial test, dan ‘ketidaksabaran’ gurunya menghadapi ‘kebandelannya. Bagi saya itu keren sekali…</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ivan sering bikin mamanya gregetan. Sepertinya dia punya aturan sendiri buat hidupnya… bikin seasyik-asyiknya, sekonyol-konyolnya. Malu buanget kalau ketahuan belajar dan dapet nilai bagus. Kalau sama temen care banget. Punya motivasi diri yang tinggi, punya sudut pandang ‘aneh’ yang bikin dunia disekelilingnya beda. Dia sensitive dan penyayang, sepertinya melankolis juga... Favoritnya adalah maen gulat dan perang-perangan sama masnya. Selain makan, kesukaannya yang satu ini yang bikin dia nyambung sama Imen.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1028" type="#_x0000_t75" style="'width:142.5pt;height:164.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:/DOCUME~1/ORIGINAL/LOCALS~1/Temp/msoclip1/03/clip_image007.jpg" title="DSC03692"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->Lha kalau ini calon ilmuwan yang takut kodok. Namanya Firman, Imen panggilannya. Anaknya pinter. Apalagi matematika dan IPA. Dia juga perhatian kalau ada isu-isu politik, pilkada, pemilu, pemilihan gubernur atau ‘berantemnya’ para orang terkenal di tivi. Di juga suka acaranya Nany 911. Waktu luangnya untuk benar-benar main cuma hari libur saja. Mainan kesukaannya catur dan monopoli. Juga game computer yang ngga terlalu rame. Dia suka buka-buka buku-buku adek ayahnya , buku-buku aneh katanya. Bau debu dan bau kuno ^_^. Heran berat sama sastra, kok ada orang yang suka baca sastra, pelajarannya apa saja sih… Sekolah di SD Rahmat Kediri kelas 5. jam 3 pulang sekolah, habis itu les lagi sampai jam 8 malem. Kadang saya berpikir, bagaimana capeknya dia ya… tapi kok dia ngga pernah mengeluh kalau pengen maen sama temen-temennya.. Waktu TK ‘nakal’ banget, aktif dan suka ganggu temennya. Tapi semakin besar kok semakin pendiem ya.. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Sepupu-sepupunya suka nggoda bawa batu yang digenggam, trus dibilangi kalo itu kodok wah… mukanya langsung pucet dan lemes… hehe… Kakaknya Ivan ini suka sebel sama adeknya, soalnya susah diajak sholat… terus kalau diajak hafalan suka becanda…dan ngga disiplin. Jadi dia sering ikut telat juga kalau masuk sekolah. Hampir tiap akhir pekan dia geleng-geleng kepala soalnya harus nungguin adeknya dihukum atau remedial test… </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Nah… gimana keadaannya kalau lima anak ini dijadikan satu? Sudah keliatan jawabannya: kacau! Sepeda, bola, boneka, skateboard, sepatu, gelas, majalah, kertas, keranjang baju, selimut campur baur jadi satu di ruang tamu yang sempit. Suara teriakan, tertawa yang keras atau celotehan-celotehan cerita lucu yang pengen seru-seruan. Cellin yang feminin bisa ketawa ngakak sama Rere yang maennya agak ‘keras’. Tapi Rere yang tomboy habis tiba-tiba pengen pakai baju dan sepatu ala puteri. Belakangan ini Rere jadi lebih centil lho, suka nyanyi di depan kaca… Imen dan Ivan makin seru main perang perangannya… dorong-dorongan keranjang baju, oles-oles bedak,… kalau udah kacau seperti ini Erin naik kursi dan teriak-teriak ngasih semangat. Kalau dia merasa ngga dipedulikan, maka dia akan nyanyi Twinkle-twinkle Litle Star sekeras-kerasnya… nah… kalau sudah seperti ini, siapa juga yang ngga pengen ikut maen dan teriak-teriak…. Hehehe… mumpung ada temannya :P</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Itu baru gambaran dari lima anak diantara berjuta anak dengan setiap keunikan dan ciri khas mereka. Apakah kemudian karakter dan kepribadan tiap anak selalu berubah ketika berhubungan dengan orang lain. Bisa jadi ini adalah sebuah identifikasi diri mereka terhadap orang lain, sama seperti remaja yang cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan orang hebat atau terkenal yang mereka ‘baca’. Mungkin juga kebiasaan dan pandangan yang dipakai oleh mayoritas lingkungan bergaulnya, hingga memungkinkan kepribadiaannya berbeda antara lingkungan social yang satu dengan yang lain, saat dia sendiri, bersama keluarganya,….</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Lalu bagaimana jika seorang anak seringkali diabaikan, dibanding-bandingkan dengan anak lain yang dianggap lebih unggul. Apakah dia akan tumbuh dengan rasa percaya diri, menghargai diri sendiri, atau dia akan merubah dirinya menjadi seperti orang lain. Bagaimana dengan kemampuan dan bakat unik yang ada dalam setiap individu ini akan berkembang dengan baik, jika ukuran keunggulan adalah—misalnya—pandai dalam pelajaran, manut, disiplin dan telah mengukir prestasi yang sudah diakui. Begitu juga sebaliknya, apakah pertumbuhan emosi dan kepribadian anak yang seringkali dipuji dan dibandingkan dengan anak yang ‘kurang berprestasi’ dengan baik diterima oleh mereka sebagai bentuk penghargaan atas kerja kerasnya, bukan sebagai pemacu ‘superioritas dan ego’ mereka. Bolehkah seorang anak ‘dibiarkan’ berpuas-puas dulu bermain ‘senakal-nakalnya’?</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">hmm... mungkin orang psikologi lebih tahu...^_^<br /></p> <span style=";font-family:";font-size:12;" > </span>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-48093975588618280422008-10-16T16:48:00.000-07:002008-10-16T17:01:12.367-07:00sesuatu yang menggerakkan.saya hanya bisa diam, saat rangkaian kata itu muncul dari lelaki kecil itu<br />'teman diskusi' saya tiap sore.<br />setelah liburan panjang, sore itu adalah perjumpaan pertama kami.<br />dia pendiam. kata-katanya singkat. perasaannya tak selalu tersampaikan sepenuhnya...<br />setiap kami bersua selalu kuberi jeda padanya untuk merangkai kata-kata pada bukunya, agar yang tak tersampaikan dapat diluapkannya. ada 'perjanjian' bahwa saya boleh tahu jika dia mengijinkan.<br /><br />hari itu, dia telah menunggu di depan televisi ditingkahi celoteh adiknya yang seakan tak pernah habis kata dari bibir mungilnya... seperti biasa dia hanya diam dan menatapnya.<br />....<br />....<br />....<br />langsung kami mulai belajar...<br />sebelum belajar aku minta maaf padanya. aku terlambat, setelah antri panjang untuk pesan tiket. membaca <em>laskar pelangi </em>nanti malam. lelaki itu menatap saya seakan ingin mengungkapkan sesuatu. mungkin dia akan menulis lagi pikir saya.<br />ternyata, rangkaian kata yang selalu kuharapkan waktu itu bermunculan seakan tak ingin berhenti. tentang laskar pelangi. tentang -- dia menyebutnya gemintang---, tentang ikal yang bisa sekolah sampai tinggi.., tentang tawanya, tentang air matanya, tentang perasannya, tentang apa yang dipikirkannnya.<br />semua, tiba-tiba keluar dan menghasilkan harapan padanya....<br />begitu luar biasanya... hingga kuat melekat pada dirinya.....<br /><br /><br />seperti pesannya, memberilah banyak-banyak........<br /><br /><br /><br />(banyak hal, yang sepertinya tak tersampaikan jika hanya kutulis disini :))jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-12080947897444078752008-10-12T15:24:00.000-07:002008-10-12T15:47:12.734-07:00antara aku, jiwa, cinta, dan mereka!Kadang, tanpa kita sadari ada banyak aku dalam ada<br />Berbeda dan selalu berbincang dalam ruang maya atau nyata<br />Ketika memandangi diri dan mencoba memahami<br />Menguak kemunafikan, menampakkan kebenaran atas kebohongan.<br />Seorang aku, mencoba memaknai kembali perjalanan hidupnya<br />Bersama jiwa, bertanya kembali tentang CINTA, Mengorek luka yang kini semakin menganga<br />Karena luka itu ada setelah celupanNya menyentuh jiwa<br />Mereka, jiwa-jiwa itu, terus berbisik dan berebut untuk berbisik semakin keras dan jelas.<br />Agar Aku, dan jiwanya selalu tersadar.<br />Terus mengejar diantara pembelaan yang semakin deras berkata<br />Dalam ketakpedulian apa itu makna.. Diantara serpihan nikmatnya luka<br />Mencoba memperkuat tali penuntunnya yang mulai rapuh<br />Dan jiwa-jiwa itu bertemu dalam satu<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;font-family:arial;" >antara aku, jiwa, cinta dan mereka!</span><br /></span><br />Aku’ : Aku merenung. Jiwa di depanku<br /> Aku duduk. Jiwa memandangku tajam.<br /><br />Kupandangi jasadku<br />Pada cermin itu<br />Kutanya pada diriku<br />Siapakah aku<br /><br />Kupandangi jasadku<br />Juga pada cermin itu<br />Tetap ada tanya dihatiku<br />Apakah aku<br /><br />Kupandangi jasadku<br />Masih pada cerminku<br />Ada tanya lagi dihatiku<br />Kemanakah tujuanku<br /><br />Tetap kupandangi jasadku<br />Yang tergambar dalam cermin itu<br />Tersisa banyak tanya dihatiku<br />Untuk apakah aku<br />Siapakah tuanku ....<br /><br /><br /><div style="text-align: left;">Jiwa : Berapa umurku<br />Aku : 20 kukira<br />Jiwa : Apa saja yang telah aku lakukan<br />Aku : aku.... aku telah....<br /><br />Aku’ : Kemudian muncullah masa membawa lembaran bayangan ... lukisan dan kulihat diriku disana.<br /><br />Jiwa : cinta<br />Aku : ya... cinta.<br />Jiwa : pernahkah kau jatuh cinta...<br />Aku : ..... yah.......<br />Aku’ : Kuhempaskan tubuh lelahku---- lelah ?<br /> Apa yang telah kulakukan ?<br /> Jiwa menatapku dengan pandangan yang tetap menusuk bagai seorang hakim di pengadilan bernama ketidakadilan---menurutku<br />Jiwa : Berapa kali kau jatuh cinta<br />Aku : ...jatuh cinta...<br /> Bahkan aku tak tahu apa itu<br /> Jatuh cinta....<br /> Apakah sesuatu yang telah diperkenalkan, diyakini oleh dogma<br /><br /> ... jatuh cinta...<br /> hanya berupa getar halus yang mempermainkan perasaan<br /> menelikung hati menuju ketakberdayaan<br /> bergelimang keindahan...... yang menyakitkan, menakutkan<br /></div></div><div style="text-align: left;"><br />jiwa : pada siapa kau jatuh cinta<br />aku : ... pada siapa ?<br /> siapa.... bahkan akupun tak mengenal diriku sendiri.<br /> Pantaskah aku mengenal orang lain?<br /><br />Aku’ : Masa kembali membawa lukisan<br /> Aku ada disana<br /> Putih – biru ada sebuah kain menutup kepalaku<br /></div> Ada seseorang disana, seorang pemuda<br /> ..........huf............ entah aku merasa dekat dengannya<br /> ...........tapi dia asing...<br /> asing, seperti aku memandang diriku<br /> (Film pada layar hitam)<br />jiwa : kau lihat ?<br /> siapa dia<br />aku : dia... dia...<br />jiwa : cinta pertamamu<br />aku : cinta pertama, adakah ?<br /> apakah aku sebelumya tak punya cinta<br /> Dia.... cinta pertama ?<br />Jiwa : lalu...<br />Aku : lalu apa ? akupun tak yakin dia yang pertama<br />Jiwa : setelah dia !<br />Aku : setelah dia? Cinta kedua?<br />Jiwa : (dengan sinis dan dingin)<br /> Ya.... cinta kedua<br />Aku : tapi aku yakin itu bukan cinta<br />Jiwa : (tertawa )<br /> Lalu.... lalu apaaa<br /> Haaa apa ?<br />Aku : entahlah... mungkin kagum, terpesona, simpati, nafsu...........<br />Aku’ : Masa berputar kembali dengan membawa lukisan.... lukisan hidup.<br /> Seperti putaran film<br /> Gelap<br />Aku’ : Aku ada disana. Cantik ! ya aku cantik dengan jilbabku<br /> Anggun! Seperti puteri. Puteri biru. Indah<br /> Tapi... (potongan film lagi- lelaki)<br />Jiwa : siapa dia<br />Aku : Dia? dia... entahlah<br />Jiwa : tapi kau menatapnya! Aku lihat ada binar disana<br /> Cahaya di matamu!<br />Aku : bercahaya ? mataku? Bukankah itu goresan suram dalam lukisan itu? Menghianati jalinan nada dalam simfoni warnanya. Tidakkah kau lihat?<br />Jiwa : ya aku lihat. Aku ternodai, hitam ---- pekat! aku merasa kotor saat itu. Aku melihatnya<br /> Ya... aku melihatnya dan aku merasakannya.... perih itu<br /> AAAA.................<br /> Aku ingat- aku ingat cahaya di matamu teteskan noda disini.... torehkan luka...... sakit........<br /> Sakit ! kau tau! Lebih sakit dari ini...<br />Aku : maaf...<br />Jiwa : (menangis pasrah)<br /> Bukankah kau sudah kenal cinta saat itu<br /> CINTA !! bukan cinta!<br />Aku : berhentilah bertanya jiwa. Hentikan..<br />Jiwa : jika jiwa berhenti bertanya lalu untuk apakah jiwa ada ?<br /> Jangan kau menelikung aku dengan kemunafikan ,dengan kepengecutan<br />Aku : sudahlah jiwa... aku lelah...<br /> Ijinkan aku pergi... aku penat.<br />Jiwa : tunggu. Kau yang memulai<br /> Kau bangunkan aku. Kau panggil masa. Kau robek kembali lukaku yang belum kering<br /> Kau harus menyelesaikannya<br />Aku : aku.....<br />Jiwa : sudahlah..... CINTA dimana kau menemukannya<br />Aku : tapi aku lelah<br />Jiwa : tidak ! masa!<br />Aku’ : Masa berlari.... berkelebat, kencang, berputar cepat----- menikam aku..... membuatnya limbung dan jatuh<br /> Masa melambat dan berjalan pelan..... tersenyum dengan keanggunannya yang dingin<br /> Membawa deret lukisan panjang. Lukisan hidup tentang diriku<br /> Ada aku.... dan mereka<br /><br /> Dan gumaman pun mendengung tak henti<br /> Mengalun pelan dan tajam<br /> Kadang lembut dan merdu<br /> Memenuhi rangkaian ganglion di kepalaku<br /> Mengalir deras melalui gelombang di ruang ada<br /><br />(suara-suara berbunyi terus –menerus bersamaan)<br />(suara 1)<br />- Cinta itu esa, dia tidak satu, karna cinta tak berbilang. Tidak pun beribu tak berjuta<br />(suara 2)<br />- Cinta adalah sumber energi tak terbatas yang paling kuat, karenanyalah perubahan, dan aktifitas luar biasa tercipta. Yang mampu mendesirkan hati, menggerakkan langkah dalam setiap energi untuk gerak yang tercipta.<br />(suara 3)<br />- Cinta selalu ada tak bisa menolak sekuat apapun diri membohongi hati<br />(suara 4)<br />- Cinta adalah cahaya di hati, yang dapat membuat sesuatu menemukan maknanya<br />(suara 5)<br />- Cinta yang sebenar-benarnya cinta adalah sesuatu yang tak akan mati, dan tak akan pernah mati, karena yang mati hanyalah semu belaka. Cinta sejati adalah abadi karena ia datang dari Maha pemberi cinta<br />(suara 6)—(ketika akhir menjadi dominan)<br />- Aku memilih diam dalam dzikirku aku seakan menyimpan jawaban dari pertanyaan itu. ---Biarlah hanya Dia yang tahu. Sampai masa aku dan Dia bertemu. Aku dan Rabbku<br /><br />Jiwa : tidak ! kau berbohong padaku!<br />Aku : jiwa......<br /> Mengapa aku harus berbohong padamu<br /> Sedangkan kau bagian diriku<br /> Kita...... satu............<br />Jiwa : satu ?<br />Aku : ya satu!<br />Jiwa : tapi aku merasa ada banyak aku dalam dirimu<br />Aku : apakah kau ada dalam diriku?<br />Jiwa : ya..<br /> Kau---aku. Aku---kau<br /> ------------dan mereka juga mungkin.<br />Aku : mereka?<br />Jiwa : ya... mereka<br /> Aku yang lain<br />Aku : kau yang lain ? Siapa?<br />Jiwa : kau... !<br />Aku : kau... ? aku ??!<br />Jiwa : ya kau --- aku !!!<br /><br />Ket..<br />Aku’ berdiri sendiri. Dia tahu aku & Jiwa, tapi mereka berdua seperti tidak mengetahui keberadaannya.<br />Datar. (semacam narator)<br />Audio: insrument by Kitaro ; Misty, A Drop of Silence, A Passage of Life<br />Video : rekaman2 masa lalu, siluet pemuda<br /><br /><br />*pernah dimainkan 2 kali. Oleh KOSMIS juga (siapa lagi..) agak ‘ribet’ merealisasikan naskah ini, harus ambil rekaman film juga. Alhamdulillah ada kameramen keren dari Fisip. Agak menguras energi juga. Tapi menyenangkan<br />** Dari sini aku sadari bahwa kemampuan itu tidak selalu utama. Ketika ada kemauan untuk bisa ditambah keikhlasan... tak ada yang bisa menghalangi. Tapi butuh profesionalitas juga, Schedule dan manajer! Kalau tidak.. wah bisa bikin ‘capek’.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Aneh..</span><br /><span style="font-style: italic;">Tapi tak harus habis makna. Pencipta kita, tahu segalanya tentang hambaNya. Penyakitnya, obatnya, kelemahannya, cara menguatkan dirinya… dan segalanya. Mata, kedekatan fisik, kedekatan hati, konsumsi pikiran…. Segalanya. Cinta, tidak salah. Manusia jatuh cinta. Berdosakah? Sedang kadang ‘aku’ juga tidak mengharapkan ‘rasa’ itu datang. Lalu untuk apa manusia diberi ‘resep’ menundukkan pandangan, ‘membatasi diri’, puasa, selalu ingat…</span><br /><span style="font-style: italic;">Jika kemudian dengan segala keindahan dan kemuliaan yang ada pada diri manusia dijadikan manusia lain sebagai penanding Penciptanya………</span><br /><span style="font-style: italic;">Cinta, bisa jadi adalah ujian yang akan meninggikan derajad kemuliaan kita. Bukan di hadapan manusia. Cinta, bisa jadi adalah ujian untuk kehormatan…</span><br /><span style="font-style: italic;">Cinta, bisa jadi adalah sumber energy yang membuat tumbuh, berkembang, menjadi lebih baik ‘sesuatu’ yang ‘aku’ cintai jika diapun menjaga kehormatan ‘yang dicintainya’.</span><br /><span style="font-style: italic;">Cinta, bisa jadi meluluhlantakkan hati, menuju ketakberdayaan, ketakpedulian, bahkan runtuhnya kemuliaan manusia…</span><br /><span style="font-style: italic;">Cinta…..</span><br /><span style="font-style: italic;">Cinta…</span><br /><span style="font-style: italic;">Cinta…</span><br /><span style="font-style: italic;">Cinta ini… kadang-kadang tak ada logika :P</span><br /><span style="font-style: italic;">Semoga Cinta terbaik yang ada pada diri kita… yang menguasai, yang mendasari, yang melingkupi hingga terpenuhi kebahagiaan. Sampai akhir. Saat menatap Wajah Sang Kekasih yang memandang kita dengan bangga. Karena berani menghadapi ‘cinta’…. Dan membuatnya tertunduk menyerah.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Jadi ingat sabtu siang pada Februari 2001, dua hari setelah bertambahnya angka umurku. Seseorang—aku menyebutnya ‘salah satu guru kehidupan’-- bertanya pada kami dalam sebuah lingkaran ‘makhluk bumi’,” Apa yang paling kuat, paling dasyat di alam semesta. Selain Penciptanya?” Hmm…. Bom atom? Uang? Wajah? Kecerdasan?</span><br /><span style="font-style: italic;">“No!”, jawabnya sambil tersenyum. Lalu?</span><br /><span style="font-style: italic;">Ah.. tahu sendiri kan jawabannya?</span><br /><span style="font-style: italic;">Buktinya? Runtuhnya Napoleon, Luluh lantaknya Jepang, PD I, PD II, Perang Dingin, ‘Bom bunuh diri’, nafas kita, setiap aliran darah, mata kita yang melihat indahnya dunia, keberadaan ibu untuk kita, setiap helai daun yang jatuh, tiap tetes mata yang mengalir,…. Kurang? Pejamkan mata, rasakan tiap tarikan nafas, rasakan degub jantung kita, sentuh tangan kita…. Bayangkan jika hidung kita mampet, kepala sebelah kanan terasa pening, dan pinggiran bibir sariawan…. Rasakan…. Bukankah itu Cinta?</span><br /><span style="font-style: italic;">Apakah kita akan buat cemburu Kekasih Yang begitu Cintai kita….. sedang cemburunya jauuuuhhh melebihi cemburunya Muhammad bin Abdullah, manusia yang paling pencemburu diantara seluruh manusia..</span><br /><span style="font-style: italic;">Resapilah kini… apakah yang cinta ada dijiwa kita. Apakah ada kegelisahan? Ketakutan? Keraguan? Rasa sakit…Sedang Cinta yang sebenar-benarnya Cinta tidak pernah menyakitkan, membuat ‘derita’, terbelenggu….</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Sahabat Ibnu Umar ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Di antara hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia yang mereka bukan nabi dan bukan pula syuhada', tetapi mereka mendapatkan kemuliaan di sisi Allah sejajar dengan para nabi dan para syuhada'." Lalu para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, khabarkanlah kepada kami siapakah mereka itu?" Jawab Rasulullah: "Mereka adalah sekelompok orang yang saling memadu kasih karena Allah, bukan karena motivasi kekerabatan maupun materi. Demi Allah, wajah mereka bersinar bagaikan cahaya, bahkan mereka adalah cahaya di atas cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika umat manusia dilanda perasaan takut" Lalu Rasulullah saw membaca ayat: "Dan ingatlah, bahwa para kekasih Allah tidak akan pernah dilanda perasaan takut dan tidak pernah pula dilanda perasaan sedih." (HR. Abu Dawud)</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Semoga kita selalu diingatkan dan diberi kesempetan untuk berproses menjadi seperti mereka ya…</span><br /><span style="font-style: italic;">Menjadi perkasa, dan membuat makhluk langit cemburu pada kita ^_^</span><br /><span style="font-style: italic;">Saat ini, kuajak engkau kembali berbincang tentang Cinta. Ingatkan aku jika telah khianati Cinta. Dan kita akan terus memaknai Cinta…..memahami lalu kita sebarkan Cinta, hingga semua memandang penuh Cinta. Dengan bahagia.. dengan luapan rasa yang seakan tak terbendung…</span><br /><span style="font-style: italic;">© kutulis lagi dan berusaha kumaknai lagi……delapan tahun lebih perjalanan kita. Akankah kita menyerah? Seperti yang kau katakan, pencarian kita, proses ini tidak pernah akan berhenti. Sebelum nyawa telah tercabut. Tapi kataku, kita mungkin akan jatuh dan terdepak. Sakit aku tahu. Tapi pencarian ini tak pernah temui puncaknya hingga…. (bukankah mati juga adalah awal perjalanan?). bro, apakah ‘kecewa’, ‘lelah’ dan ‘cinta’ bisa luluhkan CINTA? Hai, itu kamu. Aku tahu. Aku tidak menengok kebelakang untuk menyesali… tapi kembali untuk memahami. Bukankah kita akan terus menjadi perempuan bumi,…….</span><br /><span style="font-style: italic;">© mahabbah club yang telah bertebaran di muka bumi dengan Cinta, semoga tetap bersama Cinta… Tetap. Sebarkan CINTA</span><br /><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">Bolehkah ‘aku’ bertanya? Setidaknya untuk ‘jiwa’,”Apa itu Cinta?” atau kita biarkan dia bebas dengan setiap definisinya saja? Agar dia belajar, agar kita terus mengejar?</span>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-69678855970130412652008-09-19T17:37:00.000-07:002008-09-19T17:38:15.071-07:00semampir-pasar kembang-moroseneng<p>pikirku kembali ke masa pertengahan sekolah menengahku..</p><p>saat aku berada diantara perempuan-perempuan itu.</p><p>yang pernah kukagumi sosoknya</p><p>saat banyak orang mencaci.</p><p>aku tahu mungkin aneh.</p><p>aku selalu ingin melongok di balik kisah legam mereka</p><p>karena aku lihat perkasa</p><p>dan luka, amarah, 'pasrah'</p><p>tapi mereka menyerah.</p><p>dan mungkin berkata,"inilah aku. inilah tubuhku. hanya ini yang ada padaku."</p><p>"kujual padamu karna anakku harus beli buku, atau sekedar mengejar senyum yang meninggalkan mereka. saat lelakilelaki tak tahu diri itu tertawa gembira bebas lepas berlari dari mata mungil mereka."<br /></p><p><br /></p><p>aku lumpur, aku noda, aku tahu.</p><p>lalu apa?</p><p>kau hanya beri senyum sinis dan aku membela pahit.</p><p>tahukah kamu? aku juga rindu. seperti engkau. kepada penciptaku.</p><p>lalu kau bisa apa?</p><p><br /></p><p>jawaban buntu karna aku tak tahu apa yang bisa aku beri untuk mereka.</p>moroseneng. dalam jiwa, yang rindu dewa. untuk membuat rumah. agar mereka juga bahagia. dan aku sadar mimpi itu tak terkejar...jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-76697949448663199902008-09-03T17:27:00.001-07:002008-09-03T17:27:48.700-07:00masih ada...<div style="text-align: justify;"><div class="deleteBody"> <p class="postBody" style="color: rgb(119, 119, 119);">resapilah...<br />bumi tak lagi menggigil dan nyala malam semakin terang<br />remang senja dalam lingkupan debu kehidupan<br />semburat jingganya sampaikan bahwa 'aku' ada<br />nafas damai ada di pelataran seminya pucuk daun alam<br />masih ada senyum didunia, masih ada tawa disana<br />masih ada rasa<br />dan alam, masih selalu mengembangkan tangannya untuk kita<br />walau hanya luka yang kita torehkan didadanya<br />dengarlah bisikan gericik air matanya diantara desau angin yang menari diantara pejam matamu<br />mungkin duka.. atau bahagia...<br /><br /><br />*sekelumit barisan kata di kepala.<br />saat kulihat lembaran yang abadaikan tanah..<br />2030 kelak, apakah tanah dan hijau daun masih tersenyum..?</p></div></div>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-21842181287210442072008-08-28T21:43:00.000-07:002008-10-31T15:50:22.490-07:00Master Of Glands (part 1)<p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID"><br /></span><span lang="id-ID"></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Kita tidak berbicara tentang sistem syaraf kali ini. Tidak juga tentang komponen-komponen otak yang begitu luar biasa.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Kita bicara tentang </span><span lang="id-ID">‘Master of Glands’ yang lain</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Kumpulan remaja SMU yang penuh warna. </span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID"><br /></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID"><br /></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Si pendiam ‘Siti’ yang begitu polos dan ikhlasnya. Lebih suka menghitung-hitung uang dengan tabel debet-kredit, utang-piutang, namun tidak jelas wujud dan siapa pemilik uangnya daripada meninggalkan kelas untuk menikmati bakso di pinggir lapangan...</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Ada.....</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Ada...</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Ada jago fisika yang sangat mencintai biologi. Suka musik tapi tidak bisa bernyanyi</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Ada seorang yang benci kimia tetapi dipanggil sebagai ‘guru kimia’. Yang sering ngelantur jika bicara matematika. Pengkhayal yang lebih sering eror daripada benernya.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Bukan, kita tidak membincang tentang hobi membolos mereka, tingkah konyol mereka</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Tidak juga dengan antrian ‘kasus’ mereka di ruang BP, polah mereka yang ajaib, atau tentang perbedaan yang sangat mencolok yang mewarnai persahabatan mereka. Atau kesamaan mereka sebagai ‘penghancur lelaki’. Menjauhi para lelaki karena latar belakang dan alasan yang kadang tidak bisa terbayangkan</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Kita bicara tentang ‘filosofi’ dan hal yang tabu bagi mereka</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">yaitu pantangan mengucapkan ‘terima kasih’ dan ‘maaf’</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Di saat ada ‘teori’ yang mengajak untuk ‘senyum, terima kasih dan maaf’</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Kenapa?</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Inilah kata mereka:</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Terima kasih, sesudah itu apa?</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Apakah aku melakukan sesuatu untukmu adalah demi ‘terima kasihmu’ yang seolah-olah aku mengharapkan itu, yang seakan-akan aku bukan bagian darimu</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘terima kasih’ yang menciptakan jarak antara kita. Hanya hadirkan formalitas atau ‘kepantasan’ pada ujung lidah saja</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘Terima kasih’ saat kau ucapkan maka kau meragukan keihklasanku, merasakan engkau adalah bebanku justru karena ucapmu itu yang membebaniku</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify">‘<span lang="id-ID">terima kasih’, apakah ini bisa digunakan untuk menemukan sahabat?</span><span lang="id-ID"> Apakah kata itu bisa menggantikan arti persahabatan?</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘terima kasih’ kau menghancurkan hatiku.... karena aku tidak butuh ucapan itu</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘Terima kasih’, karena kami merasa sangat berharga dengan bisa berbuat sesuatu untukmu, yang sebenarnya untuk aku juga..</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’ selalu hadir pada sungging senyum palsu</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Seperti para bawahan yang menjilat atasannya</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’ selalu membawa ‘maaf’ yang selanjutnya</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’, siapa saya?</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’, bahkan aku tidak bisa memberi secuil pun keburukan padamu</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’, Tuhan Yang Maha Berkuasa Saja memaafkan kesalahan terbesar hambaNya yang bertobat</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’, tanpa ucapmu itupun aku telah merelakannya</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’, begitu mudahnya engkau ucapkan itu</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’, bisa aku gunakan untuk apa?</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">‘maaf’, engkau telah menyinggung kami karena engkau meragukan kepercayaan kami padamu</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify">‘<span lang="id-ID">maaf’.....</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">........................................ (dan banyak sekali alasan yang membuat mereka ‘benci’ dua kata ini)</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Konyol memang, atau bisa dikatakan naif?</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Namun dengarlah kisah selanjutnya,</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Tahukah engkau tentang sebuah doa?</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Mungkin rangkaian kata indah yang mengganti ‘kepalsuan terima kasih’</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Tahukah engkau dengan kalimat ini?<br />”Semoga Alloh membalasmu dengan kebaikan.”</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Indah kan?</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Balasan itu, kita serahkan kepada Sebaik-baiknya Pemberi balasan</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Karena kita tidak bisa memberikan balasan terbaik apapun selain doa kita pada saudara...</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify">‘<span lang="id-ID">maaf’</span><span lang="id-ID">. apa yang kau rasakan saat orang lain selalu merasa bersalah padamu? Sedangkan Yang Menciptakan dia membuka pintu maaf yang selebar-lebarnya. Apakah engkau cukup pantas untuk menerima kata maaf itu. Tidakkah sebaiknya kita merangkulnya segera agar kata maaf itu tidak pernah terucap untuk kita...</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Karena saudaramu telah melapangkan ruang yang luas di hatinya untukmu</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Cukup kepada </span><span lang="id-ID">Pemiliknya saja, Yang Bisa Memberikan apapun padanya</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Cukup dia merasa bersalah pada Tuannya....</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Sahabat, bagi mereka (saat itu) ikatannya lebih kental dari darah. Apapun yang kupunya adalah untuk engkau juga. Namun jangan kau coba rusak kepercayaan kami..</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Itulah sebagian kecil episode tentang Master of Glands, dengan ‘Persaudaraan Premannya’. Yang tidak pernah mengungkapkan bahwa mereka saling Cinta. Tapi mereka merasakannya. Mereka terus berproses. Terus mencari. Keadaan berubah, dan merekapun beru</span><span lang="id-ID">bah. Tentang apapun... jangan kaget jika kepribadian, penampilan dan kebiasaan mereka ‘tertukar’ karena aku yakin hati itu sifatnya tidak bisa tetap. Seperti air yang dicampur alkohol, air raksa, formalin, NaCl, spirtus, citrun, detergen, air kelapa, air tape, kaldu, kuah bakso, santan dan jahe. Seperti (99987644876520049764325-909899)+(321987x9754788)+(39865432: 52)x 0 = banyak ^_^</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">13-08-2008. 00.1</span><span lang="id-ID">., saat aku rindu pendakian konyol di gunung Klothok dan bukit Mas Kumambang.... Cari wangsit untuk UMPT :D. Songgoriti dilarang ‘Hollywood’pun tak terhalang</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-91874448606174799242008-08-28T21:41:00.000-07:002008-08-28T21:42:59.464-07:00..................<p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Lagi-lagi di hadapan Dito aku mendapatkan sesuatu </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Yang menamparku</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Menggetarkankan</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dan membuatku kembali luluh</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dengan pertanyaan polosnya</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dengan pernyataannya yang selalu membuatku tertawa..</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Kami membahas tentang surat Al-Qadr, Malam Kemuliaan </p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><span lang="id-ID">Lalu aku kami merangkai ‘film’ di atas kepala kami</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><span lang="id-ID">Tentang malam ketika Muhammad didatangi Jibril, keheningan dan turunlah Ayat Mulia itu.</span><span lang="id-ID"> Wahyu pertama dari Pemilik Dunia</span></p> <p style="margin-left: 5.08cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID"> Iqro..... Bacalah....</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Tentang ribuan malaikat yang turun ke dunia atas ijin Alloh untuk menyelesaikan urusan di muka bumi....</p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><span lang="id-ID">Tentang sayap malaikat yang ketika satu malaikat saja bila membentangkan sebelah sayapnya akan menutupi alam semesta.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Apalagi sepasang sayap malaikat</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Apalagi jika ribuan malaikat</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Yang tidak bisa kita jamah, dengan mata yang juga hanya titipan</p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><span lang="id-ID">Apalagi saat</span><span lang="id-ID"> malam yang kesejahteraan terlimpah</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Menukik turun ke bumi dan terus bertasbih</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Bersama angin, bersama debu, bersama air</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Bersama tiap keping darah pada jutaan tubuh manusia</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Yang lebih cemerlang dari sinar bintang</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Tak kenal lelah</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Di bulan penuh Berkah..</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">“Berarti sebentar lagi ya ustadzah.”</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Ah.. aku jadi teringat apa yang telah aku persiapkan untuk menyambutnya..</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Malam kemuliaan, yang lebih indah dari malam seribu bulan</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Apakah dia akan terlewatkan begitu saja</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dalam buaian dunia</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Buaian manja atas segala yang bisa meringankan ‘beban’ bersalah saat melewatinya saja tanpa menyapanya</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dan sibuk dalam perayaan mati di akhirnya</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhirku..</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Ya.. Siapa tahu.</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID"><br /></p> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm;">“<span lang="id-ID">Apakah cicak dengan ‘ck..ck..ck...’nya juga bertasbih?”</span><span lang="id-ID"> itulah pertanyaan manisnya</span></p> </li></ul> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dan ketika pulangpun sepertinya ‘tamparan’ itu masih kurang.</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Beberapa saat yang lalu, beberapa jam yang telah terlewati</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Aku sempat mengeluh, “Apalagi ya Alloh setelah ini...?”</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dan aku meragukan janji Penciptaku. Janji Yang Menjamin Setiap Keping Rizkiku</p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><span lang="id-ID">Lupaku pada </span><span lang="id-ID">Janji tentang kemudahan bagi hambaNya yang bersyukur</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dan sekarang di hadapanku, sesuatu yang tak kusangka datangnya begitu cepat</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Menciptakan gumpalan getar yang tak bisa kulukiskan</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Gumpalan yang akhirnya mengaburkan mataku di perjalanan pulang</p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><span lang="id-ID">grimis</span><span lang="id-ID">, bahagia, takut dan harapan</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Bahwa peringatanNya sangat dekat di depan mata</p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><span lang="id-ID">Diantar </span><span lang="id-ID">celoteh lucu Zidan dan tatapan bahagia Dito di gerbang rumahnya, aku berkata pada jingga di barat sana dan jingga, “Lalu kita mau kemana?”</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Dan akupun menghadapi angin senja yang menghadang siap menampar wajah-wajah tak tahu malu dengan kandungan racunnya yang semakin membuatku sesak...</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;"> <span lang="sv-SE"><i>Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.</i></span><span lang="sv-SE">(At-Thalaaq:3)</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Maha Suci Engkau Wahai Penguasa tiap jengkal alam semesta</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Baitul Izzah, 2.,35 12 Agustus 2008</p>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-88691582617665001982008-08-28T21:38:00.000-07:002008-08-28T21:41:51.364-07:00Sinetron Islami, Antara Pencerahan dan ‘ Penyesatan ’<p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify" lang="sv-SE"> <span style="font-size:130%;"><br /></span></p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"> <span lang="sv-SE">Maraknya Industri hiburan di Indonesia akhir- akhir ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan hiburan meningkat. Entah hiburan untuk sekedar melepas penat dari aktivitas kehidupan yang semakin padat dan membosankan atau hiburan yang hanya untuk memanjakan diri. </span><span lang="fi-FI">Memanjakan imajinasi dan harapan yang dirasakan semakin jauh dari kehidupan nyata.</span></p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"> <span lang="fi-FI">Setelah sekian lama industri hiburan mengeksploitasi ‘ dunia lain’ habis- habisan. Kapitalisasi dunia klenik tanpa mempertimbangkan efek buruk bagi penikmatnya. Baik itu efek psikologis, rasionalitas dan efek- efek buruk lain yang pantas untuk dipertimbangkan. </span><span lang="sv-SE">Tayangan- tayangan misteri mulai dari yang fiktif sampai yang ‘nyata’ digeber habis. Dari Misteri Gunung Merapi dengan Grandongnya, sampai Dunia Lain dengan ‘menjebak penghuni dunia lain’ dalam frame kamera. </span> </p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"> <span lang="sv-SE">Efek jangka panjang yang sangat menentukan mental bangsa ini mendatang adalah efek pada perilaku anak- anak. Tayangan misteri yang dirasa minim nilai pendidikan justru sangat digemari anak-anak yang memiliki masa-masa perkembangan imajinasi. Hal ini berpengaruh pada mental dan perilaku. Kemampuan untuk berpikir secara realistis dan dewasa semakin berkurang. Bagaimana tidak, sedikit- sedikit dihubungkan dengan penampakan. Para orang tua pun terbantu ketika mereka bandel tidak mau mandi atau tidur. Hanya dengan “ Awas nanti dibawa mak Lampir lho kalo nggak mau tidur”, “Jangan main sampe malem ada penampakan lho”. Anehnya banyak anak yang </span><span lang="sv-SE"><i>manut </i></span><span lang="sv-SE">juga, sehingga kekritisan terhadap suatu fenomena pun semakin turun. Sebaliknya sangat meresahkan bagi para orang tua yang sangat memperhatikan akidah anaknya. Misalnya kebelakang untuk ambil wudhu saja si anak menjadi penakut, khawatir disamperin oleh ‘panampakan’ yang gambaran visualnya sangat jelas dalam memori. Ketika dimotivasi dengan menjelaskan bahwa ‘ mereka hanyalah makhluk, ada yang lebih tinggi dan perlu lebih ‘ditakuti’ pun tidak begitu berhasil. Perubahan perilaku masyarakat secara umum juga umum juga nampak. </span> </p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"> <span lang="sv-SE">Ada pengalaman menarik, ketika saya naik kereta, ada seorang bapak dan putrinya yang berusia sekitar sepuluh tahun sedang asyik berdiskusi. Saya mencoba untuk mencuri dengar sebelum saya memutuskan untuk bergabung dengan mereka, kebetulan sampailah kami pada stasiun kecil yang terlihat sangat suram. Dengan sangat mengejutkan, bagi saya, sang bapak mengatakan pada putrinya bahwa tempat itu sangat cocok untuk ‘menjebak penampakan’ dan menantang sang anak apakah dia berani kalau misalnya malam hari dia dibiarkan sendirian di sana. Dan sang anakpun menjawab dengan kata dalam suatu iklan “ Hii.. serem Pak, </span><span lang="sv-SE"><i>gak wani aku, medeni” </i></span><span lang="sv-SE">( gak berani saya, menakutkan). Akhirnya saya mengurungkan diri untuk berabung dan berpikir tentang fenomena ini. </span> </p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify" lang="sv-SE"> Akhirnya tayangan semacam ini semakin berkurang, entah karena berbagai macam kritikan karena dianggap sebagai perusak mental atau pendangkalan akidah. Atau mungkin karena memang ada penururan rating yang akhirnya tidak menguntungkan bagi produsen sendiri.</p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"> <span lang="fi-FI">Tetapi masalah pun belum selesai sampai disini. </span><span lang="sv-SE">Setelah sedikit dilegakan dengan topik sinetron yang mengangkat masalah moral dan kemanusiaan, sampai dengan sinetron yang bermuatan religi. Awalnya ada beberapa sinetron yang bertujuan untuk syiar Islam dan penyampaian moral. Sebut saja Astaghfirullah yang ditayangkan di SCTV yang memperkenalkan metode pengobatan syar’i yang dicontohkan oleh Rasululloh yaitu Ruqyah. Karena ratingnya yang tinggi mengikuti pendahulunya yang ditayangkan di TPI, sehingga mulai bermuncullanlah sinetron yang bernuansa Islam. Sinetron remaja pun berbondong- bondong ‘alih jalur’ dengan menyertakan simbol simbol Islam. Sinetron kolosalpun tak mau ketinggalan. Di satu sisi memang merupakan suatu kemajuan ketika tayangan mulai memperkenalkan nilai moral yang indah dalam kehidupan yang berlaku untuk semua manusia. </span><span lang="fi-FI">Tentang kelapangan hati, tentang kesopanan, kesederhanaan, kebijaksanaan dan nilai- nilai kemanusiaan lainnya. Tetapi akan sangat ‘merugikan’ ketika hanya menyertakan simbol saja. Misalnya saja cerita cinta ( pacaran) dengan disertai kegiatan religi, positif memang jika dibandingkan dengan model pacaran sebelumnya yang menunjukkan kebebasan. </span><span lang="sv-SE">Tetapi paradoks jika dihadapkan dengan aturan Islam yang telah mengatur hubungan antara lelaki dan perempuan dengan sangat manusiawi. Manusiawi, karena sangat berhubungan erat dengan potensi dan kecenderungan manusia. Dalam Islam, hubungan antara lelaki dan perempuan sangat di jaga. Karena Pencipta Manusia tahu kemampuan makhlukNya. Kemampuan dalam menjaga kebersihan hati, kemampuan dalam menjaga hawa nafsunya dan kelemahan- kelemahan manusia. </span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify" lang="sv-SE"> “ <i>sungguh, jika kepala salah seorang dari kalian dicerca denga jarum besi menyala, adalah masih lebih baik daripada menyentuh perempuan yang tiada halal baginya. “ (HR Ath Thabrani dan Al Baihaqi)</i></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify" lang="sv-SE"> Aturan ini bukan untuk membatasi gerak atau membebani manusia hanya dengan masalah pergaulan. Karena bisa jadi hal ini sebagai legitimasi manusia atas ‘halalnya’ pacaran, atau hubungan perempuan dan lelaki tanpa menikah. Padahal sebenarnya sangatlah bertentangan dengan aturan yang sebenarnya.</p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify" lang="sv-SE"> Setidaknya itulah salah satu contoh ‘ masalah’ dalam sinetron Islami saat ini. </p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify" lang="sv-SE"> Ada lagi pencampuran dunia klenik dan dunia manusia yang juga sudah diatur dalam Islam, Misalnya dalam salah satu sinetron yang menvisualisasikan bentuk iblis dan malaikat. Juga dalam sinetron yang menggambarkan bahwa peri adalah makhluk utusan Tuhan yang ditugaskan untuk menyelesaikan masalah anak- anak yang baik dengan keajaibannya. Di satu sisi hal ini juga membuat sang anak hanya berimajinasi bahwa masalah akan selesai tanpa dia melakukan aksi, karena ada kekuatan ‘sang penolong’. Sehingga anak-anak hanya disibukkan dengan khayalan yang belum tentu ada. Meskipun begitu ada juga efek panyampaian moral yang baik pada mereka. </p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"><span lang="sv-SE"> Dari segi bahasa dan penyampainnya, dalam sinetron islami ‘ hanya’ menyampaikan salah-benar, dosa-pahala, surga-neraka tanpa pengertian yang menyeluruh. Sehingga ada paksaan atau ketakutan akan balasan yang akan diberikan oleh Tuhan. Sehingga memberikan kesan mengerikan pada aturan agama yang berakibat pada penurunan optimisme. Mungkin berbeda jika disampaikan dengan bahasa yang cantik, tanpa paksaan, tentang suatu konsekuensi dan pengertiannya. Yang akhirnya berdampak pada perilaku penyikapan suatu masalah dan mengambil keputusan dalam kehidupan dengan bijaksana dan menyenangkan.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"><span lang="sv-SE">Dan akhir-akhir ini, menjelang bulan Ramadhan atau mungkin masih mengikui arus sukses karya besar, dengan keuntungan yang (mungkin) juga besar Film Ayat-ayat Cinta. sinetron islami yang ’menjual cinta’. Ambillah contoh Munajat Cinta yang dibintangi oleh pemeran Aisha dalam AAC, Rianti Catwright di satu sisi ada hal-hal positif untuk pengembangan moral. </span><span lang="fi-FI">Namun di sisi lain masih saja sarat air mata dan penderitaan. </span><span lang="sv-SE">Seolah-olah menjadi orang baik dan sabar itu identik dengan lemah, menderita, miskin, sendiri dan air mata. Sosok Khumaira adalah sosok protagonis yang pemaaf, lembut, nrimo. Hingga dia mengijinkan suaminya untuk menikahi partner kerjanya (yang juga berjilbab) yang diperankan oleh Saskia Mecca. </span><span lang="fi-FI">Seakan-akan tokoh yang jahat tidak mempunyai kebaikan sama sekali. Dan tokoh protagonis selalu yang benar dan tidak pernah punya rasa benci atau emosi. </span><span lang="sv-SE">Mungkin cerita-cerita yang senada akan menyusul untuk meramaikan industri hiburan kita. </span></p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify" lang="sv-SE"> Tidak bijak rasanya ketika suatu kritik tidak disertai dengan solusi yang ditawarkan. Sehingga kita tidak hanya menjadi penilai suatu masalah, tetapi juga bisa turut menjadi bagian dalam penyelesaiannya.</p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"><span lang="sv-SE"> Dunia hiburan, sudah saatnya berubah bukan hanya sebagai suatu komoditas ekonomi atau hiburan semata tetapi juga merupakan suatu sarana pendidikan yang sangat potensial. Baik pendidikan moral, etika, optimisme, keindahan hidup. Tetapi juga tentang kedewasaan dan kebijakan dalam menjalani hidup dan kehidupan. Sudah sepantasnya kita aktif dalam membangun kebaikan ini dengan menunjukkan rasa kepedulian atas tayangan yang ada. Kita ikut memonitor dan menyampaikan keberatan. Tetapi pujian atau penghargaan juga pantas dilakukan jika memang tayangan tersebut berkualitas dari berbagai aspek.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify" lang="sv-SE"> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"><span lang="sv-SE"> </span><i>“ Mintalah fatwa pada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya, dan tenteram pada hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.” (HR Muslim ) </i> </p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 200%;" align="justify">wallahu’alam</p>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-68489419566978023482008-08-20T16:19:00.000-07:002008-08-20T16:27:12.379-07:00dia telah berlalududuk sendiri<br />memandangi lalu lalang manusia<br />darimana dan akan kemana<br />atau sekedar duduk saja<br />bertanya pada jiwa<br />selanjutnya apa..<br /><br />menatap sendiri<br />hampir lupa diri<br />bahwa malam terus berlari<br /><br />aku tertawa...<br />aku ingin sepenuhnya.<br />aku tersenyum, sungguh aku tersenyum<br />sudah kupuaskan<br />bahwa sadar kumulai seperti awal<br />memandang sendiri<br />di tempat yang selalu membawa hening<br /><br />memasung khayalku<br />dan memandang nyata<br /><br />aku berkata<br />tapi aku tak tahu apa yang telah terkata<br />aku lupa<br />atau 'tidak ada'?<br /><br /><br /><br />stasiun sadarku. malamjiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-70149832175412866812008-08-11T15:21:00.000-07:002008-08-11T15:28:00.136-07:00kangen....<p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Si Bolang,<br /></p><p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Jalan Sesama,<br /></p><p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Laptop si Unyil,<br /></p><p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">Cita-citaku</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID">aku kangen sama mereka<br /></p><br /><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID"> Setelah seharian tidak ada hiburan yang kerenkerennya</p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">mata lelah dan pikiran buntu</p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">panas..<br /></p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">coba liat di trans 7 jam 13.00<br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="id-ID">Acara-acara ‘sederhana’ itu yang memberikan harapan</p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE">Cobalah sekali-kali nikmati acara-acara itu</p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE">dan ceritakan padaku, hari ini kita kemana dan belajar apa...</p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE">karena aku sekarang tidak bisa bertemu mereka dan ponakan kecil saya</p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE">sambil tertawa dengan penuh makanan di mulutnya</p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE">dengan baju seragam yang belum dilepas</p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE">berteriak-teriak,"bermain gembira di jalan sesama... uwi...uwiii..."</p><br /><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE"><br /></p><p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE">ah... bisa jadi mereka lebih bijaksana dari kita..<br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" lang="sv-SE"><br /></p>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3231343640010165463.post-89629012879455830982008-08-11T15:17:00.000-07:002008-08-11T15:20:27.800-07:00Belajar menggambar...<p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Imen, waktu itu masih TK. Nol kecil</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Banyak yang bilang dia nakal</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Tidak bisa diam</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Waktu ‘pelajaran’ menggambar dia menggambar bunga dan tangkainya</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Itu yang diarahkan oleh gurunya. Semua menggambar bunga</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Setelah selesai gurunya ‘komplain’,</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> “Lho mas, bunga kok hitam... seharusnya merah dan daunnya hijau.”</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Apa jawab Imen ? (lepas dari makna psikologis dari gambaranya)</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify">“<span lang="id-ID">Lha iya, ini bunga garing. Sudah busuk..” ^_^</span></p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> kami tertawa mendengar cerita ibunya</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> cerita kedua, seorang gadis kecil juga waktu TK, malas sekali kalau ‘pelajaran’ menggambar.</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> waktu itu dia di kelas Nol besar (masih penasaran, kenapa dulu dinamakan nol besar dan nol kecil. Ada yang tahu?)</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Semua sibuk menggambar. Kebanyakan menggambar gunung. Dan Lisa temannya membuat iri. Gambarnya bagus.</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Karena tidak betah harus duduk menggambar, dia berlarian, mengganggu yang lain, kesempatan keluar main ayunan</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Bu Guru pun menegur melihat kertasnya yang masih putih bersih,</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Ketika ditanya ia bilang itu gambar salju.....</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Putih bersih.</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"><br /></p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify"> <span lang="id-ID">begitulah, saya </span><span lang="id-ID"><u>kadang </u></span><span lang="id-ID">tidak sepakat ‘menilai’ kepribadian atau psikologis anak melalui gambarnya. Walaupun seringkali saya juga melakukan hal yang sama.</span></p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Saya pikir (dalam konteks ‘belajar’ menggambar) hal ini membatasi imajinasi.</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Coba kita lihat dibalik cerita di atas.</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Imen anak yang ‘aktif’ terkenal ‘nakal’. Waktu itu dia tidak membawa pensil warna, yang dia punya— berhasil dipinjamnya berwarna hitam... (kok ya bisa ya dia cari alasan :D)</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Apakah pendidik bisa memaksanya? Bukankah baik jika berpikir di luar kelumrahan? Haruskah bunga berwarna merah? Kan ada sekarang bunga yang berwarna biru.... </span> </p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Walaupun sedikit banyak dari jawabannya kita bisa mengira-ngira psikologisnya.</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Cerita yang kedua.... waktu itu film Oshin sedang booming</p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span lang="id-ID">Setiap petang gadis itu </span><span lang="id-ID">ada di punggung kakaknya untuk melihatnya di tetangga rumah. Ketika malam, kakaknya bercerita tentang salju, andai salju turun di sana. Mirip hamparan salju saat Oshin berlari kedinginan. Itulah saat pertama dia mengenal yang namanya salju. Mungkin sedang ‘euforia salju’. (kalau pas puasa di tengah-tengah salju enak mungkin ya? Pas buka, tinggal tuang sirup. Seger.... tapi udaranya tetap panas, ngga dingin. Bisa ngga ya..)</span></p> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="id-ID"> Alasan kedua.... yah.... harap maklum memang dia malas... ^_^</p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><br /></p>jiwa_biruhttp://www.blogger.com/profile/16178124549996464461noreply@blogger.com1