Sebuah renungan. Yang tiba-tiba datang
Tentang seorang lelaki dan perempuan
Dari cerita saudaranya mereka pernah saling men’cinta’
Terakhir bertemu di kandang kuda. Di pisahkan oleh tembok yang tinggi
Si perempuan berkata pada bapaknya ingin memberi makan kuda
Ketika bapaknya lengah, dia menaiki tumpukan rumput dan jerami
Melongok di balik tembok. Menemui sang lelaki
Tidak saling menatap
Hanya bertemu dalam suara
Dan mungkin gundah
Tiba-tiba adik laki-laki si perempuan datang
Membawa ketapel. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Usilnya datang, diarahkannya ketapel pada kakaknya
Pletak..! kerikilpun mampir di dahi si perempuan.
Meninggalkan bekas yang samar
Puluhan tahun telah berlalu
Perempuan itu telah melahirkan lima anak
Dan mempunyai cucu
Dari lelaki yang datang pada bapaknya
Dan lelaki dibalik tembokpun sudah memiliki kehidupan sendiri
Walau keputusan untuk memulai hidup barunya agak terlambat
Suatu waktu mereka bertemu. Tanpa sengaja
Si perempuan salah tingkah ingin segera pergi. Dia tersenyum seperti menghalau sesuatu
Si lelaki menatapnya... ada sesuatu di matanya. Dan senyum penuh kedewasaan
Anak perempuan si perempuan diam belum tahu ada rahasia apa antara perempuan dan lelaki ini.
Anak laki-laki si lelaki tersenyum pada anak perempuan si perempuan, mungkin dia tidak tahu apa yang sedang terjadi
Kejadian itu hanya sekelebat. Tapi tetap menyisakan tanya
Seperti kerikil yang membekas di dahi yang perlahan menghilang..
Namun mereka tetap memilih setia kepada yang seharusnya
Mungkin itulah bahagia bagi mereka
Tau ah itu urusan orang gede
Tapi lucu juga
Mungkin itu ya yang namanya ‘rasa’
Memang nggak bisa dipahami
Seperti di film-film saja
^_^ kenangan yang menghiasi hidup mereka berdua
untuk pelajaran bagi yang masih muda
agar tak mudah mengumbar rasa
atau pelajaran tentang takdir yang ‘harus diterima’
karena semua adalah rahasia
Juga tentang setia
dan ‘pengorbanan’
karena diri kita bukan semata hanya tentang kita
apa yang dihadapan itulah pemberian terindah
Menunggu hadirnya dan luapkan segala rasa. Menyerahkan sepenuhnya
tanpa luka dan noda
menjaganya
mungkin itu juga setia
Jadi inget pertanyaan penutup sebuah karya yang manis:
“Bunda... apakah jodoh kita namanya telah tertulis di atas langit?”.
”Ya, anakku..., sama seperti kita, di sana ia sedang berjuang keras untuk terus memperbaiki diri, juga sedang menunggu kita untuk bersama mendendangkan Tembang Cinta...”
Ya kaaan... semuanya masih rahasia
Terus??
Kalo kata Yovie n Nuno,“Biarlah aku menjaga perasaan ini wooo... menjaga segenap cinta—apa jiwa ya?—yang telah kau beri...” (sering dinyanyikan ponakan kecil saya nih) – kasian ya... terus ‘menderita’, terus menjaga sesuatu yang belum jelas...
Kalo saya si milih yang Aa Gym (kemana ya... beliau ko lama ga keliatan di tipi—ato saya yang g punya tipi jadi g pernah ketemu :P) bilang,”Jagalah hati...“(kalo ini banyak yang hafal kan..?)
^_^ hihihi..... malu. Anak kecil nulis tentang urusan orang gede, belum pengalaman juga...
- Untuk sepupu lelakiku. Yang waktu nyetir tiba-tiba diam dari tertawanya.
Dia menangis! Lelaki, 22 tahun di pipinya ada air mata. Di hadapan kami. 3 perempuan. (cerita yang agak ngga nyambung lagi ni)
Dia menambah volume tapenya
Adeknya yang paling paham dengan mata usil menempelkan telunjukknya di bibir “sssttt...” kami diam. Asal selamat saja.
Ooo....Ternyata dengar lagunya ‘Janji Suci’ Yovie n Nuno. Yang syairnya gini ni...:
“Dengarkanlah... wanita pujaanku
malam ini akan kusampaikan
janji suci kepadamu dewiku
dengarkanlah kesungguhanku...
Aku ingin.... mempersuntingmu...”(saya kok jadi hapal ya...lha iya diputer terus...)
Lalu adeknya cerita. Ternyata dia baru saja putus... saat merencanakan untuk melamarnya.... setelah setahun pacaran.
kasiiiiaaannn.....(sasaran empuk untuk terus digoda ni...)
makanya kalo ngga mau putus jangan nyambung. Aneh-aneh saja ya...
biar ngga ada syair gini ni: “akan kutolak dan buatmu hancur... walaupun berulang engkau meminta....” meledaklah tawa kami. Dia? Tetep sedih.... diam. Tiba-tiba meringis...
saya terus menyerangnya. Tidak memberi jeda padanya —sebenarnya aku ingin menghiburmu Mo.
Cinta.... deritanya tiada akhir...
Sekali lagi.... kasiiiaaannnn....
Tiba-tiba dia panik, menyuruh saya nunduk dalem-dalem... (o o dia tersinggung batin saya. Saya ikut panik.)
Ternyata kita melewati para polisi di pinggir jalan. Pick up ngga boleh lebih dari tiga orang.... walah ajang balas dendam. Udah sumpek, gelap, tapenya keras lagi. Dia meringis... geleng-geleng kepala. Dengan menghela napas dia bilang, “kasiaaaan....”
Kediri, 24 Juni 2008
1 komentar:
mo, sepupuku ini. aku salut...
dia tak hanya bicara. dia berani. aku juga heran. maap he...:P
tanggal 26 okt nanti menika Insya Allah, dengan Aisyah (nama sebenarnya lho). perempuan yang lain dari yang diatas
prosesnya ngga ada sebulan. lalu dia putuskan. hmmm, ternyata kau lebih dewasa, ternyata kau telah berhasil kalahkan dia, ternyata....
semoga berkah dan hatimu terus terjaga.
salut, salut, salut... kuakui, kali ini aku 'kalah'. telak!
Posting Komentar