Senin, 11 Agustus 2008

Belajar menggambar...

Imen, waktu itu masih TK. Nol kecil

Banyak yang bilang dia nakal

Tidak bisa diam

Waktu ‘pelajaran’ menggambar dia menggambar bunga dan tangkainya

Itu yang diarahkan oleh gurunya. Semua menggambar bunga

Setelah selesai gurunya ‘komplain’,

“Lho mas, bunga kok hitam... seharusnya merah dan daunnya hijau.”

Apa jawab Imen ? (lepas dari makna psikologis dari gambaranya)

Lha iya, ini bunga garing. Sudah busuk..” ^_^

kami tertawa mendengar cerita ibunya

cerita kedua, seorang gadis kecil juga waktu TK, malas sekali kalau ‘pelajaran’ menggambar.

waktu itu dia di kelas Nol besar (masih penasaran, kenapa dulu dinamakan nol besar dan nol kecil. Ada yang tahu?)

Semua sibuk menggambar. Kebanyakan menggambar gunung. Dan Lisa temannya membuat iri. Gambarnya bagus.

Karena tidak betah harus duduk menggambar, dia berlarian, mengganggu yang lain, kesempatan keluar main ayunan

Bu Guru pun menegur melihat kertasnya yang masih putih bersih,

Ketika ditanya ia bilang itu gambar salju.....

Putih bersih.


begitulah, saya kadang tidak sepakat ‘menilai’ kepribadian atau psikologis anak melalui gambarnya. Walaupun seringkali saya juga melakukan hal yang sama.

Saya pikir (dalam konteks ‘belajar’ menggambar) hal ini membatasi imajinasi.

Coba kita lihat dibalik cerita di atas.

Imen anak yang ‘aktif’ terkenal ‘nakal’. Waktu itu dia tidak membawa pensil warna, yang dia punya— berhasil dipinjamnya berwarna hitam... (kok ya bisa ya dia cari alasan :D)

Apakah pendidik bisa memaksanya? Bukankah baik jika berpikir di luar kelumrahan? Haruskah bunga berwarna merah? Kan ada sekarang bunga yang berwarna biru....

Walaupun sedikit banyak dari jawabannya kita bisa mengira-ngira psikologisnya.

Cerita yang kedua.... waktu itu film Oshin sedang booming

Setiap petang gadis itu ada di punggung kakaknya untuk melihatnya di tetangga rumah. Ketika malam, kakaknya bercerita tentang salju, andai salju turun di sana. Mirip hamparan salju saat Oshin berlari kedinginan. Itulah saat pertama dia mengenal yang namanya salju. Mungkin sedang ‘euforia salju’. (kalau pas puasa di tengah-tengah salju enak mungkin ya? Pas buka, tinggal tuang sirup. Seger.... tapi udaranya tetap panas, ngga dingin. Bisa ngga ya..)

Alasan kedua.... yah.... harap maklum memang dia malas... ^_^


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hem... jadi inget novel 'Dadaisme', dah baca Nduk?