Senin, 04 Agustus 2008

....

Malam hari. Di loteng kontrakan. Sepi. Sebuah pesawat lewat. Seperti bintang jatuh. Sesuatu yang indah saat aku melihatnya dulu. Tiga tahun yang lalu. Permulaan kisahku di kota buaya. Kebiasaanku menatap langit malam yang perlahan memudar. Saat ini, di loteng yang sepi, buku di tanganku yang sudah tidak menarik lagi. Lamat-lamat kudengarkan lagunya Erros, OST Gie. Sudah lama aku meninggalkan jenis lagu seperti ini. Biarlah untuk malam ini aku puaskan. Semoga ajalku tak menjemput, saat nanti ketika tanpa kusadari aku hanyut dalam keterlenaan.

Kembali pada bintang. Yang setia bersinar, membagi nyalanya bagi bumi yang mungkin tak akan pernah bisa disentuhnya, dijamahnya. Dia tak berharap untuk memiliki

Sampaikanlah pada ibuku dengan kesabarannya, melihat anaknya semakin tua. Dengan semangatnya dan sedikit kesombongan untuk mencari sendiri makna hidup. Menaklukan malam dengan pikiran yang selalu resah. Memaknai hakikat manusia dan kemanusiaannya Mencoba memecahkan tekateki. Apakah keadilan? Sedangkan realita telah menikamnya.

Sampaikanlah pada bapakku, bahwa harga diri anaknya terlampau tinggi. Yang selalu ingin berteriak bahwa aku bisa lepas bebas tanpa kekangan dan bantuan darimu. Sepatah kata maaf pun terlalu mahal untuk diungkapkan. Berjuang tegar dan tetap tegap menantang egomu. Keputusanmu. Yang sering diragukannya apakah itu untuk kebaikannya atau hanya kepuasanmu.

Itulah manusia. Ketika semangat hidup menyala pada hatinya, pada jiwanya. Terus mencari makna diri, makna malam yang selalu membawa tanya. Dan keadilan seperti apa yang akan tegak berdiri dan harus tegak berdiri. Untuk memuaskan tanya manusia—bahwa mereka hanya manusia. Kadang menyepi bersama malam dingin. Menapak di setapak jalan, yang tak pasti kemana ujungnya. Sedang jiwa berbisik. Yang kau cari dekat. Begitu dekat...

  • untuk mengingatkan jiwa, bahwa manusia terbatas, otaknya, pikirannya, umurnya. Segalanya. Bahkan imajinasi yang katanya tak terbatas. Sanggupkah kau membayangkan sejuknya syurga—atau nyala neraka?

Buaya, awal 2007

Tidak ada komentar: