Senin, 04 Agustus 2008

“Kosong” **

Ketika sebuah bangunan kepercayaan dipertanyakan. Ketika kerapuhan semakin terpampang.

Apakah diri akan berbicara sendiri. Tanpa hati? Tanpa Nurani?

Khusus MuslimahHitam tak selamanya kelam.

Putih tak selamanya suci.

Dalam hitam ada kemurnian.

Dan dalam putih pun ada keraguan

Dimana muara semuanya?

Lihatlah lebih dekat...

Dalam gelap. Perbincangan antara diri, jiwa dan alam. Aroma kematian dan keputusasaan.

Diri (putih): Keningku mengigau dalam sela mimpi yang memudar bersama sentuhan embun legam menetesi dahan- dahan dari pangkal daun hujan. Menyambut malam ketika mata ini tunduk, seperti kemarin saat nafas dan nadi berseteru mengandung ritual melankolis

Jiwa (hitam): Hitam berkelakar disudut bambu berkapur. Asap menjulang dari liur api yang melumuri riuh sedan gelegar merpati mengepak tinggi, lari dari kenyataan hati bahwa semua terhenti

Nyanyian alam (coklat-kayu): Hitammu berkelakar dalam sudut sembilu pilu yang menerjang, menentang, menggenggam, hati nuranimu hilang, meradang . akankah kau mengerti arti hati seperti kau pahami sepi?

Diri: Sepiku merasuk menusuk membasuh. Tidak lagi aku dapat membuka hati yang telah tertutup katup berpaut. Tidaklah mudah bagiku untuk mengikis sampai habis.

Jiwa: Namun kau punya visi, disini, di dalam yang paling dalam dihati yang paling sepi. Kau akan rasakan detak gemertak jantung dalam heningmu. Hening yang mengerti akan baik dan burukmu, benar dan salahmu.

Diri: Diam....karna ucapmu melukai hitam legamku

Nyanyian alam: Ketika terpaku pada masa yang lalu, enggan tuk mengenang, namun kian menggenang

Diri : Lalu hitamku? Yang sudah telah mengakar membatu?

Jiwa : Kikislah dengan tundukmu. Sirami, dengan bulir air dari matamu.Teguhkan inginmu tuk menepis hitam pada kalbumu

Diri: Ketika kerelaan dalam ambang

pertanyaan

ragu

dan keangkuhan hanyut bersama semburan darah

perih,

hancur,

jatuh

Nyanyian alam: Sujud yang mengiring langkah adalah tempat berserah diri, kehambaan dan ketidakmampuan akan perihal kegelisahan, kesepian sebab jarak dan yang membentang antara aku dan dirinya

Diri: Saat nanti aku akan mengerti kesendirianku adalah perlahan dan semua yang kudengar dalam sepi adalah renungan. Heningku mengigau setelah mimpi-mimpi memudar bersama sentuhan embun bening menetesi dahan-dahan dari pangkal daun hujan untuk menyambut pagi ketika mata ini tunduk seperti kemarin saat nafas dan nadi berseteteru mengalunkan ritme melankolis menuju titik klimaks

  • susahnya... menyadari kekurangan diri, mengakui keterbatasan. Mengikis kesombongan. Susaaaah banget. Apalagi kalo lagi pas merasa bisa. Wuah... sepertinya ‘aku’ ini manusia yang paling hebat. Trus sedikit-sedikit jadi lupa... jadi lalai... sampe hidup ini plus ibadahnya hanya ritual saja. Gak ada nilai lebihnya. Jadi jarang menghitung amal diri, wis intinya rasanya jadi gimana gitu... gelap banget. Masih untung ya kalau ada yang mengingatkan, atau mengalami sesuatu yang membuat kita ingat. Lha kalau Yang Bikin Hidup ini berkehendak bahwa hambanya yang satu ini dilalaikan terus... waaa ngeri... apalagi kalau gak sadar... siiing...Tau..ah... 8) semoga kita ingat dan diingatkan terus ya... walau kadang terlalu idealis... tapi harus itu.... jadilah idealis selagi kita bisa.. kadang ada alasan ‘harus realistis dong!’. BTW... idealis tu pasti ga realistis ya??? Mungkin gini ya: Gantungkan idealisme itu setinggi langit yang paaaling tinggi, genggam erat, namun biarkan kaki kita tetap menapak di bumi, bertabrakan dengan realita. Jika ada ‘masalah’ tengok ke atas... gimana sih idealnya... dan serahkan pada kaki yang menapak tadi... itu lho arahannya. Sekarang, bagaimana baiknya. Makin ruwet saja. Ya... gini deh kalo lagi error sambungannya. Tapi kalo dipikir yang idealis itu biasanya utopis... susah memang dicapai. Tapi mungkin kaan??! Bukannya pernah ada suatu masa yang kehidupannya ideal banget... semoga!
  • awalnya potongan puisi adek kelas. Yang akhirnya jadi kalimat pertama di di atas. naskah ini pernah kita mainkan tiga kali. Sekali di UHT Surabaya By KOSMIS crew: pew, tew, mew.... jadi kangen....
  • KOSMIS (Komunitas Seni Muslimah Sastra) sayap kreatifitas SKI

Fakultas Ilmu Budaya (dulu sastra)Universitas Airlangga — I proud about that ^_^

Tidak ada komentar: