Perayaan sunyi
Dalam perkabungan atas kekosongan
Dalam perayaan atas kehancuran
Ketika kesendirian adalah perumpamaan
Dan pelarian atas kedirian adalah kebisuan
Hidupkah hati ketika semua itu terjadi
Hidupkah raga ketika berontak. Saat otak menggelegak
Berhentikah jiwa jika nurani selalu gagal membentengi
Ketika suatu waktu lelah menyapa
Dan ketika kebosanan adalah suatu ritual yang memperdaya
Perputaran waktu dan Perpaduan hidup adalah satuan dari tarian sunyi
Apakah aku akan tetap disini
Menyatu bersatu mengalunkan tangga lagu
Ketika ucapan atas ada yang menghangatkan jiwa
Ketika jiwa ingin bertanya kepada jiwajiwa yang mungkin terluka
Dan arak-arakan keranda tanpa air mata
Adakah suatu kegembiraan yang tiada
Dan ketika matahati gagal melindungi diri
Dalam senyumanpun menjadi sesuatu yang menakutkan
***kuliah seminar sastra di ruang Dekanat... apakah tanya itu harus tercipta jika dia tak lahir dari kesungguhan jiwa. Lalu mengapa semua bertanya? Aku juga.
Kadang sampai sekarang pun aku nggak habis pikir... kok bisa ya otak ini langsung bekerja ketika sebenarnya dia buntu, bahkan nggak ada satu bayangan katapun yang muncul dihadapannya. Tapi setelah ’ditekan’ dengan satu pandangan yang seakan berkata ”kamu mau lulus ga? Kalo mau, ikuti aturannya”. Waw...waw... reaksinya cepat. Apa karena Acnya yang terlalu dingin ditambah ’gerimis’, atau karena pikiranku masih terpaku pada ikan-ikan di akuarium. Atau karena pengalihan pikiranku yang berusaha membaca apa ya kira-kira yang ada di kepala teman-temanku (yang Cuma enam orang) sekarang... ngantuk, bored, makanan (nyam..sempat mampir juga sih di kepala), atau tugas lain yang masih menumpuk. Di pojok sana temenku lagi presentasi, menjawab pertanyaan sebelumnya. hihi... kalo kuinget2 pertanyaanku lucu dan ’agak’ kejam! Sory sist :P. Tapi lumayan dapat satu karakter yang kugambar di sebuah kertas kumal...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar