Kamis, 28 Agustus 2008

Master Of Glands (part 1)



Kita tidak berbicara tentang sistem syaraf kali ini. Tidak juga tentang komponen-komponen otak yang begitu luar biasa.

Kita bicara tentang ‘Master of Glands’ yang lain

Kumpulan remaja SMU yang penuh warna.



Si pendiam ‘Siti’ yang begitu polos dan ikhlasnya. Lebih suka menghitung-hitung uang dengan tabel debet-kredit, utang-piutang, namun tidak jelas wujud dan siapa pemilik uangnya daripada meninggalkan kelas untuk menikmati bakso di pinggir lapangan...

Ada.....

Ada...

Ada jago fisika yang sangat mencintai biologi. Suka musik tapi tidak bisa bernyanyi

Ada seorang yang benci kimia tetapi dipanggil sebagai ‘guru kimia’. Yang sering ngelantur jika bicara matematika. Pengkhayal yang lebih sering eror daripada benernya.

Bukan, kita tidak membincang tentang hobi membolos mereka, tingkah konyol mereka

Tidak juga dengan antrian ‘kasus’ mereka di ruang BP, polah mereka yang ajaib, atau tentang perbedaan yang sangat mencolok yang mewarnai persahabatan mereka. Atau kesamaan mereka sebagai ‘penghancur lelaki’. Menjauhi para lelaki karena latar belakang dan alasan yang kadang tidak bisa terbayangkan

Kita bicara tentang ‘filosofi’ dan hal yang tabu bagi mereka

yaitu pantangan mengucapkan ‘terima kasih’ dan ‘maaf’

Di saat ada ‘teori’ yang mengajak untuk ‘senyum, terima kasih dan maaf’

Kenapa?


Inilah kata mereka:

Terima kasih, sesudah itu apa?

Apakah aku melakukan sesuatu untukmu adalah demi ‘terima kasihmu’ yang seolah-olah aku mengharapkan itu, yang seakan-akan aku bukan bagian darimu

‘terima kasih’ yang menciptakan jarak antara kita. Hanya hadirkan formalitas atau ‘kepantasan’ pada ujung lidah saja

‘Terima kasih’ saat kau ucapkan maka kau meragukan keihklasanku, merasakan engkau adalah bebanku justru karena ucapmu itu yang membebaniku

terima kasih’, apakah ini bisa digunakan untuk menemukan sahabat? Apakah kata itu bisa menggantikan arti persahabatan?

‘terima kasih’ kau menghancurkan hatiku.... karena aku tidak butuh ucapan itu

‘Terima kasih’, karena kami merasa sangat berharga dengan bisa berbuat sesuatu untukmu, yang sebenarnya untuk aku juga..


‘maaf’ selalu hadir pada sungging senyum palsu

Seperti para bawahan yang menjilat atasannya

‘maaf’ selalu membawa ‘maaf’ yang selanjutnya

‘maaf’, siapa saya?

‘maaf’, bahkan aku tidak bisa memberi secuil pun keburukan padamu

‘maaf’, Tuhan Yang Maha Berkuasa Saja memaafkan kesalahan terbesar hambaNya yang bertobat

‘maaf’, tanpa ucapmu itupun aku telah merelakannya

‘maaf’, begitu mudahnya engkau ucapkan itu

‘maaf’, bisa aku gunakan untuk apa?

‘maaf’, engkau telah menyinggung kami karena engkau meragukan kepercayaan kami padamu

maaf’.....

........................................ (dan banyak sekali alasan yang membuat mereka ‘benci’ dua kata ini)


Konyol memang, atau bisa dikatakan naif?

Namun dengarlah kisah selanjutnya,

Tahukah engkau tentang sebuah doa?

Mungkin rangkaian kata indah yang mengganti ‘kepalsuan terima kasih’

Tahukah engkau dengan kalimat ini?
”Semoga Alloh membalasmu dengan kebaikan.”

Indah kan?

Balasan itu, kita serahkan kepada Sebaik-baiknya Pemberi balasan

Karena kita tidak bisa memberikan balasan terbaik apapun selain doa kita pada saudara...

maaf’. apa yang kau rasakan saat orang lain selalu merasa bersalah padamu? Sedangkan Yang Menciptakan dia membuka pintu maaf yang selebar-lebarnya. Apakah engkau cukup pantas untuk menerima kata maaf itu. Tidakkah sebaiknya kita merangkulnya segera agar kata maaf itu tidak pernah terucap untuk kita...

Karena saudaramu telah melapangkan ruang yang luas di hatinya untukmu

Cukup kepada Pemiliknya saja, Yang Bisa Memberikan apapun padanya

Cukup dia merasa bersalah pada Tuannya....

Sahabat, bagi mereka (saat itu) ikatannya lebih kental dari darah. Apapun yang kupunya adalah untuk engkau juga. Namun jangan kau coba rusak kepercayaan kami..



Itulah sebagian kecil episode tentang Master of Glands, dengan ‘Persaudaraan Premannya’. Yang tidak pernah mengungkapkan bahwa mereka saling Cinta. Tapi mereka merasakannya. Mereka terus berproses. Terus mencari. Keadaan berubah, dan merekapun berubah. Tentang apapun... jangan kaget jika kepribadian, penampilan dan kebiasaan mereka ‘tertukar’ karena aku yakin hati itu sifatnya tidak bisa tetap. Seperti air yang dicampur alkohol, air raksa, formalin, NaCl, spirtus, citrun, detergen, air kelapa, air tape, kaldu, kuah bakso, santan dan jahe. Seperti (99987644876520049764325-909899)+(321987x9754788)+(39865432: 52)x 0 = banyak ^_^


13-08-2008. 00.1., saat aku rindu pendakian konyol di gunung Klothok dan bukit Mas Kumambang.... Cari wangsit untuk UMPT :D. Songgoriti dilarang ‘Hollywood’pun tak terhalang




Tidak ada komentar: